International Monetary Fund (IMF) mengungkap kontraksi ekonomi Asia tahun ini akan lebih buruk dari perkiraan sebelumnya. Sebab laju ekonomi di negara berkembang sangat melambat akibat pandemi COVID-19.
Dikutip dari CNBC, Kamis (22/10/2020) IMF memperkirakan ekonomi Asia akan menyusut 2,2%. Angka itu lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 1,6%. Perkiraan itu akan berpengaruh kepada data proyeksi ekonomi global.
Negara yang akan mengalami penyusutan ekonomi paling parah ialah India, Filipina, dan Malaysia. IMF mengungkap untuk India dan Filipina menjadi negara teratas paling parah sebab ekonomi mereka telah anjlok sejak kuartal-II 2020 yang diakibatkan meningkatnya kasus COVID-19 dan lockdown yang panjang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
IMF memperkirakan ekonomi India akan menyusut sebesar 10,3% pada tahun fiskal yang berakhir pada 31 Maret 2021. Angka itu lebih buruk dari perkiraan sebelumnya 4,5% pada bulan Juni.
Perekonomian Filipina diperkirakan mengalami kontraksi 8,3% pada 2020, lebih dari kontraksi 3,6% yang diproyeksikan pada bulan Juni. Sedangkan, Malaysia kemungkinan akan menyusut 6% tahun ini, lebih buruk dari perkiraan IMF pada Juni dengan perkiraan 3,8%.
Menurut IMF saat ini negara yang ekonominya tengah bertumbuh yakni China. Pertumbuhan itu didorong oleh infrastruktur, investasi real estat, dan lonjakan ekspor khususnya pada peralatan medis dan alat pelindung diri (APD). Selain itu, penjualan alat elektronik juga melonjak seiring pekerja melakukan WFH.
"Ini diikuti dengan pemulihan bertahap dalam investasi dan konsumsi swasta bukan perumahan," tambah IMF.
IMF memperkirakan tahun depan, pertumbuhan ekonomi China akan meningkat menjadi 8,2%. IMF mengungkap pemulihan di China, AS dan Eropa akan mendukung pertumbuhan Asia. Namun, perlu kerja keras panjang untuk kembali pulih.
Perekonomian Asia diperkirakan akan pulih sebesar 6,9% pada tahun 2021. Namun, IMF mengatakan ekonomi Asia kemungkinan akan tetap di bawah tingkat sebelum pandemi untuk beberapa waktu sebab masih dipengaruhi efek kerusakan ekonomi saat pandemi.
Efek tersebut mengacu pada kerusakan ekonomi jangka menengah hingga jangka panjang setelah guncangan parah. Terutama sebelum ditemukannya vaksin, aktivitas ekonomi akan tetap rendah mengingat orang tetap harus berharapan dengan virus dan harus menjaga jarak sosial.
Selain itu, banyak ekonomi Asia bergantung pada perdagangan, namun saat ini sebagian besar negara akan tetap menutup negaranya untuk penekan penularan virus. Serta ketegangan perang dagang AS dan China telah memperburuk prospek pemulihan perdagangan.
(zlf/zlf)