Provinsi Aceh mengalami inflasi sebesar 0,65 pada Oktober. Cabai merah, ikan tongkol serta bawang merah memberi pengaruh besar terhadap terjadinya inflasi di Tanah Rencong.
Berdasarkan data dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Senin (2/11/2020), inflasi Aceh diperoleh dari gabungan tiga kabupaten/kota yaitu Meulaboh, Banda Aceh dan Lhokseumawe. Penyebab inflasi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,40 persen.
Selain itu, kelompok perlengkapan , peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,13 persen; dan kelompok kesehatan sebesar 0,13 persen. Beberapa kelompok pengeluaran mengalami deflasi seperti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,07 persen; kelompok transportasi sebesar 0,10 persen, dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala BPS Aceh Ihsanurijal, mengatakan, beberapa komoditas yang memiliki andil dominan terhadap inflasi di antaranya cabai merah sebesar 0,25 persen, ikan tongkol/ikan ambu-ambu sebesar 0,11 persen, bawang merah sebesar 0,08 persen, ikan dencis sebesar 0,07 persen. Sementara komoditas dominan penyumbang deflasi yaitu emas perhiasan dan pepaya masing-masing sebesar 0,04 persen, jeruk sebesar 0,03 persen, angkutan udara sebesar 0,02 persen.
"Pada Oktober lalu, dari 11 kelompok pengeluaran, dua kelompok memberikan andil inflasi, tiga kelompok memberikan andil deflasi, dan enam kelompok tidak memberikan andil," kata Ihsanurijal.
Baca juga: Oktober RI Inflasi 0,07%, Ini Pemicunya |
Ihsanurijal mengatakan, tiga kota besar di Aceh bulan lalu mengalami inflasi masing-masing Meulaboh sebesar 0,32 persen, Banda Aceh sebesar 0,62 persen, dan Lhokseumawe sebesar 0,86 persen. Bila dilihat dari Januari hingga Oktober, inflasi Tanah Rencong sebesar 2,38 persen.
Selain itu, dari dari 90 kota di Indonesia yang dipantau harganya pada Oktober, 66 kota mengalami inflasi dan 24 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Sibolga sebesar 1,04 persen. Inflasi terendah terjadi di kota DKI Jakarta, kota Cirebon, kota Bekasi, dan kota Jember masing-masing sebesar 0,01 persen.
Menurut Ihsanurijal, dari 24 kota di Pulau Sumatera yang dipantau harganya, 23 kota mengalami inflasi dan 1 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Sibolga sebesar 1,04 persen.
"Inflasi terendah terjadi di kota Bengkulu sebesar 0,02 persen. Deflasi terjadi di kota Pangkal Pinang sebesar 0,32 persen," ujar Ihsanurijal.