Ada Seruan Boikot Produk Prancis, Danone: Aqua Diproduksi Orang RI

Ada Seruan Boikot Produk Prancis, Danone: Aqua Diproduksi Orang RI

Hendra Kusuma - detikFinance
Selasa, 03 Nov 2020 10:12 WIB
Ramai Seruan Boikot Produk Prancis, 212 Mart Gimana?
Foto: Achmad Dwi Afriyadi/detikcom
Jakarta -

Seruan boikot produk Prancis sangat menggema di berbagai belahan dunia. Hal tersebut terjadi usai Presiden Prancis Emmanuel Macron mendukung seorang guru yang menampilkan karikatur Nabi Muhammad dan menyebutkan sebagai 'kebebasan berekspresi'. Bahkan, ia menilai agama Islam tengah mengalami krisis di seluruh dunia.

Indonesia salah satu negara yang mengecam pernyataan Macron dan menyerukan boikot produk Prancis. Salah satu barang yang kena imbas mengalami pemboikotan adalah produk minuman kemasan Danone-Aqua.

Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin mengatakan pihaknya akan terus beroperasi dengan tetap menyediakan produk-produk meskipun ramai aksi boikot produk Prancis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami akan tetap melanjutkan komitmen kami untuk melayani kebutuhan nutrisi dan hidrasi sehat melalui jutaan pedagang yang menjual produk kami di Indonesia dan disiapkan oleh hampir dari 15.000 karyawan kami di seluruh Indonesia," kata Arif melalui keterangan tertulis kepada detikcom, Senin (2/11/2020).

Arif menyebut berbagai produknya sudah lama dikembangkan dan diproduksi oleh tenaga kerja di Indonesia. Sehingga dirinya yakin produknya sudah sangat dipercaya di Indonesia.

ADVERTISEMENT

"Produk-produk kami seperti SGM dan AQUA, adalah produk-produk yang dikembangkan dan diproduksi di Indonesia oleh tenaga kerja Indonesia untuk konsumen Indonesia. SGM sudah hadir sejak 1965, Aqua juga hadir sejak 1973 di Indonesia dan telah menjadi kepercayaan banyak konsumen sampai sekarang," ucapnya.

Arif juga memastikan produknya tidak memiliki kaitan dengan pandangan politik negara manapun. Pihaknya pun menyayangkan adanya aksi boikot produk Prancis akibat pernyataan dari Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang Islam, yang dinilai tidak ada kaitannya dengan perdagangan.

"Perusahaan kami tidak memiliki afiliasi politik dan hal-hal di luar bisnis kami. Oleh karena itu, kami menyambut baik pernyataan yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan di mana pemerintah telah mengambil langkah untuk tidak ikut serta memboikot produk-produk Prancis karena hal tersebut di luar dari konteks perdagangan," imbuhnya.

Terkait dampak perusahaan adanya seruan boikot produk Prancis, Arif tidak menyebut secara terang-terangan. Namun menurutnya yang paling terdampak pertama saat ini adalah pedagang kecil yang menjual produk secara eceran.

"Yang terdampak lebih dulu dari hal ini tentu saja pedagang kecil dan para penjual eceran. Setelah terkena imbas COVID, lalu kemudian muncul hal seperti ini. Jika terjadi boikot yang berlarut-larut, dapat mengakibatkan mereka semakin kehilangan pendapatan," ungkapnya.

(hek/ang)

Hide Ads