Ekonomi Indonesia resmi resesi imbas dampak pandemi virus Corona (COVID-19) yang tak kunjung usai. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Ekonomi kuartal III-2020 terkontraksi -3,49% dibandingkan periode yang sama 2019, setelah sebelumnya di kuartal II-2020 juga -5,32%.
Meski begitu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Airlangga Hartarto meyakini ekonomi Indonesia menunjukkan tren yang positif dan akan kembali pulih. Sebabnya, didorong sisi demand atau permintaan.
"Sudah memasuki tren positif. Kita sudah berhasil melewati rock-bottom," ujar Airlangga dalam keterangannya, Jumat (6/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara quartal to quartal (QtQ), kata dia, BPS melaporkan PDB Indonesia mampu tumbuh positif 5,05% pada kuartal III-2020. Namun pertumbuhan ekonomi secara kumulatif Januari-September 2020 cumulative to cumulative (CtC) adalah -2,03%. Airlangga menjelaskan, perekonomian Indonesia sudah berada di jalur yang tepat. Sebab, titik terendah sudah dilalui.
"Kita bisa melihat pengumuman BPS, perekonomian kita trennya sudah positif artinya kita sudah melewati rock-bottom di kuartal II 5,32% dan di Q3 ini kita sudah mencapai tren positif di -3,49% dan tentu kita berharap nanti di Q4 trennya positif -1,6% atau 0,6%," ungkapnya.
Airlangga menegaskan PDB di kuartal III juga sudah meningkat ke US$ 3.895. Sementara itu dari segi pertumbuhan ekonomi kuartal ke kuartal ada kenaikan 5,05%. "Ini yang menjadi catatan kita melompat di kuartal III," jelas Airlangga.
Selain itu, ia mengatakan perbaikan ekonomi Indonesia didorong oleh perbaikan yang terjadi di sisi demand (permintaan). "Secara kuartal ke kuartal dari data kita bisa sampaikan konsumsi rumah tangga terus membaik, di mana pada kuartal ketiga konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan atau positif 4,7," katanya.
Lebih lanjut, Ketua Umum DPP Partai Golkar itu juga menyebutkan jika konsumsi LNPRT (Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga) juga positif 0,56. Selain itu pertumbuhan positif ini juga didorong konsumsi pemerintah pada Q3 yang mencapai 16,93, dan di Q2 mencapai 22,32. Bahkan konsumsi pemerintah ini secara YoY mengalami kenaikan 9,76%.
Pertumbuhan positif juga dialami Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB) juga mengalami kenaikan 8,45 pada Q3, sementara ekspor kuartal ke kuartal mengalami kenaikan 12,14% pada Q3. "Yang impor masih sedikit negatif minus 0,08," ungkap Airlangga.
Perbaikan juga terjadi dari sisi supply, di mana industri pengolahan dan sektor pertanian mengalami perbaikan di triwulan ke-3 tahun 2020 dengan pertumbuhan masih-masing sebesar 5,25% (industri pengolahan) dan 1,1 (sektor pertanian).
"Di sektor warehousing melonjaknya tinggi, itu menjadi pendorong bahwa konsumsi sudah mulai membaik," kata Airlangga.
Indikasi sangat positif hingga mengalami kenaikan dari QtQ di sektor pergudangan dan transportasi ini mencapai 24,28% di Q3 setelah sebelum di Q2 minus 29,22. Inilah lonjakan tertinggi yang mengindikasikan perdagangan terus membaik.
Meski produksi dan daya beli masyarakat masih belum kembali ke level pra pandemic COVID- 19, namun sejumlah indikator ekonomi disebutnya menunjukkan perbaikan seiring dengan aktivitas ekonomi yang mulai dilonggarkan. Bahkan penjualan kendaraan bermotor di Indonesia pada Q3 saat ini sudah lebih baik.
"Kenaikan lain juga dialami dalam indeks keyakinan konsumen. Semua indikator dan data itu merujuk bahwa perbaikan ekonomi menuju pertumbuhan positif dialami Indonesia," pungkasnya.
(prf/hns)