Dampak pandemi virus Corona (COVID-19) masih sangat ganas bagi industri alas kaki atau persepatuan. Menurut data Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), per Agustus 2020 sudah 18% pabrik sepatu tutup operasi alias gulung tikar karena dampak pandemi COVID-19.
Bahkan, baru-baru ini sebuah pabrik di Cikupa, Kabupaten Tangerang terpaksa gulung tikar dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap seluruh pegawainya. Berikut 5 faktanya:
1. PHK 1.800 Karyawan
Kepala Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Tangerang, Hendra mengatakan pabrik tersebut harus melakukan PHK atas 1.800 karyawannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekitar 1.800-an. Sedang diproses PHK-nya," ungkap Kepala Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) Disnaker Kabupaten Tangerang Hendra ketika dihubungi detikcom, Kamis (5/11/2020).
Para pegawai pabrik sepatu itu hanya akan bekerja hingga akhir November 2020 ini.
2. Rugi Besar
Hendra mengatakan, PHK ini dilakukan karena perusahaan menelan kerugian yang besar akibat dampak pandemi virus Corona (COVID-19) yang menihilkan pesanan ke pabrik.
"Iya informasinya karena pandemi COVID-19, karena nggak ada order jadi nggak bisa bayar (karyawan). Sudah mengalami kerugian perusahaannya," tutur Hendra.
3. Harus Gulung Tikar
Ternyata, pabrik sepatu di Cikupa itu tak hanya melakukan PHK, tapi juga tutup permanen atau gulung tikar. Hal itu dikonfirmasi oleh Direktur Eksekutif Aprisindo Firman Bakrie mengungkapkan, PHK itu dilakukan terhadap seluruh karyawan di pabrik sepatu tersebut.
"Iya ditutup, tapi perusahaan induknya masih beroperasi. Lokasi perusahaan induknya juga di Tangerang," terang Firman kepada detikcom.
Ia menjelaskan, induk bisnis dari pabrik itu telah memutuskan untuk menutup operasi salah satu anak usahanya. Alasannya karena pabrik di Cikupa itu mengalami penurunan pesanan sepatu yang sangat drastis.
"Gambarannya sama juga tadi karena pandemi, kemudian order yang masuk belum 100% pulih, walau sudah lebih baik daripada bulan Mei-Juni. Tapi order belum pulih sepenuhnya. Sehingga, terjadilah over capacity, dan kemudian dilakukanlah PHK," ucap Firman.
Langsung klik halaman selanjutnya.