Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menandatangani perjanjian dagang Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) hari ini dengan 15 negara, yakni ASEAN dan beberapa negara mitra di luar ASEAN.
Perjanjian dagang ini bakal menguntungkan anggotanya dalam meningkatkan perdagangan. Namun, Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto memastikan perjanjian tersebut tak akan membuat Indonesia kebanjiran impor.
"Jadi sekali lagi saya ingin tekankan dengan adanya RCEP ini tidak ada kebanjiran impor," kata dia dalam konferensi pers yang tayang virtual, Minggu (15/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan Indonesia akan tetap selektif dalam melakukan impor, diutamakan untuk bahan baku. Selain itu, Agus menjelaskan perjanjian dagang ini bakal menyumbang PDB Indonesia sebesar 0,5%.
Pada kesempatan itu, Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo menjelaskan bahwa Indonesia tentunya masih memerlukan impor bahan baku yang tidak bisa dihasilkan di dalam negeri.
"Tetapi yang penting ekspornya didorong kuat-kuat karena kalau kita bicara mengenai ancaman impor, semua negara RCEP juga mengalami ancaman impor sebetulnya," sebutnya.
Dia mencontohkan Vietnam, data impornya juga menunjukkan angka yang tinggi. Tapi, mereka bisa mendorong ekspor berkali-kali lipat dari nilai impor.
Dirinya pun menjelaskan bahwa perjanjian dagang dengan 15 negara ini akan mendorong peningkatan ekspor Indonesia hingga 11%.
"Memang perhitungan yang dilakukan, analisa yang dilakukan berdasarkan data sebelum COVID dinyatakan bahwa pasti akan membantu ekspor Indonesia sekitar 8% sampai 11%," tambahnya.
(toy/dna)