Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden dikabarkan menunjuk Janet Yellen, mantan Gubernur Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) sebagai Menteri Keuangan (Menkeu). Bila resmi menjabat, maka Yellen akan mencetak sejarah baru buat pemerintahan AS, karena menjadi wanita pertama yang menjabat sebagai Menkeu di Negeri Paman Sam.
Namun, tampaknya itu bukan amanah yang mudah buat Yellen, karena akan menghadapi banyak PR alias pekerjaan rumah untuk diselesaikan.
PR utama yang harus dibereskan adalah membawa ekonomi AS keluar dari dampak buruk pandemi COVID-19. Tak hanya itu, Yellen juga harus bisa menangani tak setaranya ekonomi yang merajalela di negara tersebut yang semakin memburuk akibat pandemi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yellen juga akan menghadapi ujian soal stimulus tambahan yang dinanti banyak pihak. Mengingat sebagian besar negara bagian di AS kini kembali memberlakukan lockdown terbatas sebab kasus positif Corona belum mampu diredam secara optimal.
Bahkan diprediksi selama dua bulan ke depan kasus COVID-19 di AS akan berlipat ganda dari sebelumnya. Hal ini tentu membuat lebih banyak orang kehilangan pekerjaannya atau semakin menekan pendapatan mereka, sehingga stimulus tambahan sangat ditunggu.
Jika nanti jadi menjabat Menkeu AS Yellen diprediksi akan menggelontorkan stimulus itu dalam waktu dekat ini. Beberapa kali ia menegaskan posisinya bahwa pencairan lebih banyak stimulus begitu diperlukan.
"Sementara pandemi masih sangat mempengaruhi perekonomian, kami perlu melanjutkan dukungan fiskal yang luar biasa," kata Yellen dalam sebuah wawancara dikutip dari CNN Business, Rabu (25/11/2020).
Namun, niat baik Yellen itu belum tentu mulus terwujud begitu saja. Ada orang-orang di Kongres AS yang perlu ia dekati agar bisa mencapai satu kata sepakat yang sama. Sebab Kongres AS punya pengaruh yang cukup kuat dalam lahirnya sebuah kebijakan.