Hubungan Australia dan China memanas. Kini giliran produsen wine dari Negeri Kanguru yang mendapatkan pukulan hebat.
Regulator China mengumumkan mereka akan mengenakan tarif yang tinggi terhadap wine asal Australia. Melansir Reuters, Jumat (27/11/2020), mulai Sabtu pekan ini, China akan mulai mengenakan tarif antara 107,1% dan 212,1% untuk wine Australia.
China mengumumkan penyelidikan atas beberapa impor wine Australia pada bulan Agustus, menyusul keluhan dari Asosiasi Industri Wine China. Regulator China mengatakan akan menyelidiki 40 tuduhan terkait subsidi pemerintah Australia terhadap produk wine, yang dinilai tidak adil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
China merupakan importir wine Australia terbesar. Menurut Asosiasi Wine Australia, ekspor menuju China daratan saja mencapai 39% dari total ekspor wine Australia.
"Ini merupakan pukulan telak bagi bisnis industri wine yang diperdagangkan ke China," kata Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham.
Sebelumnya, Australia telah menekan China tahun ini dengan menyerukan penyelidikan tentang asal-usul pandemi virus Corona. Beijing kemudian menargetkan Canberra atas perdagangan, yaitu dengan menangguhkan beberapa impor daging sapi dan memberlakukan tarif tinggi pada jelly.
Tarif tinggi terhadap wine muncul beberapa hari setelah Australia dan China menandatangani kesepakatan perdagangan besar yang disebut Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP). Beberapa analis menyatakan perjanjian itu dapat membantu kedua negara membangun kembali hubungan yang baik.
Birmingham menambahkan Australia akan menentang tarif yang ditentukan China, termasuk berpotensi mengangkat masalah dengan Organisasi Perdagangan Dunia.
"Dampak kumulatif dari sanksi perdagangan China terhadap sejumlah industri Australia selama tahun ini memang menimbulkan persepsi bahwa tindakan tersebut dilakukan sebagai akibat atau sebagai tanggapan terhadap beberapa faktor lain," kata Birmingham.
Baca juga: China Borong Batu Bara RI Rp 20,6 T |