Awal Mula Berhembus Isu Gojek dan Grab 'Kawin'

Awal Mula Berhembus Isu Gojek dan Grab 'Kawin'

Aulia Damayanti - detikFinance
Kamis, 03 Des 2020 14:02 WIB
Mulai minggu ini, GoRide melakukan uji coba penggunaan sekat pelindung untuk para drivernya. Sekat ini berfungsi meminimalisasi penyebaran virus melalui droplet.
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Isu bergabungnya atau merger dua perusahaan aplikasi transportasi, Gojek dan Grab mencuat lagi. Kedua perusahaan itu dikabarkan melakukan pembicaraan lanjutan untuk merger dan diisukan telah mencapai kesepakatan.

Menanggapi kabar yang saat itu beredar Gojek dan Grab kompak membantah berita merger.

"Kami tidak dapat menanggapi rumor yang beredar di pasar," kata Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita melalui keterangan tertulis yang diterima detikcom, Kamis (3/12/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nila menyampaikan bahwa fundamental bisnis Gojek semakin kuat bahkan di masa pandemi. Beberapa layanan mereka dijelaskannya telah mencatatkan kontribusi margin positif.

Pihak Grab melalui Communications Senior Manager Grab Indonesia Dewi Nuraini juga menyatakan bahwa kabar merger dengan Gojek hanyalah spekulasi pasar.

ADVERTISEMENT

Bagaimana kronologi awal mula Gojek dan Grab dikabarkan akan 'kawin' atau merger. Berikut rangkuman dari berita yang pernah tampil di detikcom:

Isu beredar sejak 2019 dan awal 2020

Menurut catatan detikcom isu rencana merger dua perusahaan rintisan terbesar di Asia Tenggara ada sejak pendiri Gojek Nadiem Makarim mundur untuk jadi menteri pendidikan RI Oktober 2019.

Pada 25 Februari 2020 rumor itu ramai lagi. Beberapa media asing yang menulis kabar tersebut dengan mengutip sumber. Salah satunya Tech in Asia yang menulis kedua 'musuh bebuyutan' itu masih jauh dari kata sepakat untuk merger. Masih banyak yang harus dibahas lebih lanjut, seperti valuasi perusahaan dan lain-lain.

Menurut sumber tersebut, Grab sudah melaporkan ke para investornya jika Gojek minta 50% kepemilikan saham di perusahaan baru hasil 'perkawinan' dua unicorn tersebut. Sementara Grab ingin menguasai penuh perusahaan baru tersebut.

Bahkan Tech in Asia menghitung nilai jika Gojek dan Grab resmi merger. Berdasarkan perhitungan Tech in Asia, hasil merger Grab-Gojek bisa menghasilkan omzet hingga US$ 16,7 miliar (sekitar Rp 236 triliun) setahun dengan valuasi hingga US$ 72 miliar atau sekitar Rp 1.000 triliun (kurs Rp 14.092) di 2025.

lanjut ke halaman berikutnya

Rumor muncul lagi pada September 2020

Selanjutnya, kabar merger Gojek dan Grab mencuat lagi pada September 2020. Saat itu menurut catatan detikcom per September 2020 pembahasan 'kawin' Gojek dan Grab telah dibahas 6 bulan lalu. Jika ditambah dari per Desember 2020 ini, wacana telah dibahas sejak 9 bulan lalu yakni antara Februari-Maret 2020.

Seperti dilansir dari Financial Times, pembahasan 9 bulan lalu terhalang oleh tentangan dari Softbank salah satu pemegang saham terbesar sebelumnya.

Pendiri Softbank, Masayoshi Son kala itu percaya layanan ride-hailing bisa menjadi monopoli di mana perusahaan yang paling banyak uang akan mendominasi pasar tertentu. Hal itu diungkap orang-orang dekat miliarder Jepang tersebut.

Di sisi lain saat itu, kemungkinan Grab dan Gojek untuk kawin sulit diprediksi. Menurut Business Development Advisor Bursa Efek Indonesia (BEI), Poltak Hotradero keduanya adalah perusahaan aplikasi transportasi besar yang ada di Indonesia dan saling bersaing. Jika mereka berdua kawin akan diduga sebagai bentuk monopoli.

Muncul Lagi Desember 2020

Kini kabar itu mencuat lagi, Gojek dan Grab dikabarkan telah mencapai kesepakatan untuk merger. Dua perusahaan startup terbesar di Asia Tenggara itu telah mempersempit perbedaan pendapat mereka, meskipun beberapa bagian dari perjanjian masih perlu dinegosiasikan.

Mengutip Bloomberg, detail akhir sedang dikerjakan di antara para pemimpin paling senior di setiap perusahaan dengan partisipasi Masayoshi Son dari SoftBank Group Corp., investor utama Grab.

Di bawah satu struktur dengan dukungan substansial, salah satu pendiri Grab Anthony Tan akan menjadi CEO dari entitas gabungan, sementara eksekutif Gojek akan menjalankan bisnis gabungan baru di Indonesia dengan merek Gojek.

Namun, perwakilan Grab, Gojek, dan SoftBank menolak berkomentar.

Berdasarkan sumber, pembicaraan masih lancar dan mungkin tidak menghasilkan transaksi. Investor telah mendorong mereka untuk menggabungkan kekuatan di seluruh Asia Tenggara untuk mengurangi pengeluaran dan menciptakan salah satu perusahaan terkuat.


Hide Ads