Isu bergabungnya atau merger dua perusahaan aplikasi transportasi, Gojek dan Grab mencuat lagi. Kedua perusahaan itu dikabarkan melakukan pembicaraan lanjutan untuk merger dan diisukan telah mencapai kesepakatan.
Menanggapi kabar yang saat itu beredar Gojek dan Grab kompak membantah berita merger.
"Kami tidak dapat menanggapi rumor yang beredar di pasar," kata Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita melalui keterangan tertulis yang diterima detikcom, Kamis (3/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nila menyampaikan bahwa fundamental bisnis Gojek semakin kuat bahkan di masa pandemi. Beberapa layanan mereka dijelaskannya telah mencatatkan kontribusi margin positif.
Pihak Grab melalui Communications Senior Manager Grab Indonesia Dewi Nuraini juga menyatakan bahwa kabar merger dengan Gojek hanyalah spekulasi pasar.
Bagaimana kronologi awal mula Gojek dan Grab dikabarkan akan 'kawin' atau merger. Berikut rangkuman dari berita yang pernah tampil di detikcom:
Isu beredar sejak 2019 dan awal 2020
Menurut catatan detikcom isu rencana merger dua perusahaan rintisan terbesar di Asia Tenggara ada sejak pendiri Gojek Nadiem Makarim mundur untuk jadi menteri pendidikan RI Oktober 2019.
Baca juga: Gojek & Grab Dikabarkan Sepakat 'Kawin' |
Pada 25 Februari 2020 rumor itu ramai lagi. Beberapa media asing yang menulis kabar tersebut dengan mengutip sumber. Salah satunya Tech in Asia yang menulis kedua 'musuh bebuyutan' itu masih jauh dari kata sepakat untuk merger. Masih banyak yang harus dibahas lebih lanjut, seperti valuasi perusahaan dan lain-lain.
Menurut sumber tersebut, Grab sudah melaporkan ke para investornya jika Gojek minta 50% kepemilikan saham di perusahaan baru hasil 'perkawinan' dua unicorn tersebut. Sementara Grab ingin menguasai penuh perusahaan baru tersebut.
Bahkan Tech in Asia menghitung nilai jika Gojek dan Grab resmi merger. Berdasarkan perhitungan Tech in Asia, hasil merger Grab-Gojek bisa menghasilkan omzet hingga US$ 16,7 miliar (sekitar Rp 236 triliun) setahun dengan valuasi hingga US$ 72 miliar atau sekitar Rp 1.000 triliun (kurs Rp 14.092) di 2025.
lanjut ke halaman berikutnya