Bila Gojek dan Grab Jadi Merger, Siapa Untung Siapa Buntung?

Bila Gojek dan Grab Jadi Merger, Siapa Untung Siapa Buntung?

Herdi Alif Alhikam - detikFinance
Senin, 07 Des 2020 07:30 WIB
Gojek-Grab Kawin
Foto: Gojek-Grab 'Kawin' (Tim Infografis Fuad Hasim)

Yang diuntungkan jelas hanya perusahaan karena bisa menyatukan kekuatan. Untuk konsumen, menurutnya selama diberikan tarif murah, tidak akan menjadi masalah.

"Memang ini untungkan bisnis mereka aja kalau merger. Kalau dari pengguna ya asal dikasih murah ya senang-senang aja, nggak akan jadi masalah," kata Djoko.

Dia juga mengatakan rencana merger ini dilakukan karena kedua belah pihak saat ini sedang terdesak. Menurutnya, baik Gojek dan Grab saat ini mengalami penurunan pengguna karena pandemi Corona.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu pun membuat perusahaan mengalami penurunan masukan, untuk tetap menjaga eksistensi maka kedua pihak bisa saja melakukan merger untuk saling menguatkan.

"Yang jelas itu, merger ini terjadi karena penggunanya menurun. COVID juga sih. Jadi mereka kemungkinan memilih opsi buat bergabung demi bertahan," kata Djoko.

ADVERTISEMENT

Djoko juga bicara soal kekhawatiran praktik monopoli pada sektor transportasi online apabila merger tetap dilakukan. Bagaimana analisanya?

Djoko menilai monopoli justru tidak akan terjadi. Memang dia mengakui apabila merger Gojek dan Grab dilakukan maka pasar keduanya akan makin besar, namun menurutnya sudah ada penantang lain dari dominasi pasar Gojek dan Grab.

Salah satu yang disebutkannya adalah aplikasi penyedia jasa transportasi online dari Rusia, Maxim.

"Memang mereka akan jadi besar sekali, cuma monopoli itu urusan KPPU lah. Tapi kalau mereka mau (merger) kan masih ada Maxim dan lainnya juga. Nggak monopoli sih menurut saya," ujar Djoko.

Djoko meyakini meski belum besar, Maxim bisa jadi penantang yang mesti diperhitungkan apabila rencana merger Gojek dan Grab dilakukan. Dia mengatakan di Lampung dan Semarang saja sudah mulai banyak pengemudi online Maxim.

"Bisa kayaknya (menandingi Gojek dan Grab), saya lihat itu Maxim perlahan mulai banyak, kayak di Lampung dan Semarang itu udah banyak, yang kuning-kuning itu kan mereka. Berapa kali di Jakarta juga sudah ada," ungkap Djoko.

Dia mengatakan bisa juga driver-driver yang ada di Gojek dan Grab mulai beralih ke Maxim, mengingat potongan aplikatornya pada setiap trip atau perjalanan rendah.

"Dia ini pintar porsi pendapatannya ambil 10% saja, yang lain itu kan 20%, jadi banyak yang beralih ke Maxim (drivernya)," kata Djoko.


Hide Ads