Mencari tempat untuk berinvestasi memang agak sulit. Ada beberapa faktor penting yang harus ditelaah terlebih dahulu, seperti kondisi ekonomi hingga komoditas unggulan. Nah, buat yang sedang ingin mencari investasi menjanjikan kenapa tidak mencoba membuka lahan sawit di Pulau Rupat?
Letak Pulau Rupat berada di Kabupaten Bengkalis, Riau. Dengan menempuh perjalanan selama 2 jam dari Pekanbaru ke Dumai dengan adanya tol Pekanbaru-Dumai. Sesampainya di Dumai, langsung gunakan kapal roro untuk menyebrang dari Pelabuhan Dumai menuju pelabuhan Tanjung Kapal di Pulau Rupat.
Sesampainya di sana, jejeran pohon kelapa sawit akan terlihat di kanan kiri jalanan. Ternyata sawit menjadi komoditas panas di pulau ini karena tingkat kesuburan tanahnya. Kesuburan tanah dari Pulau Rupat juga diakui oleh salah satu petani kelapa sawit di Pulau Rupat, Sawin (58) yang memiliki lahan 30 hektare.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat kunjungan detikcom ke Pulau yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka ini dalam program tapal batas, Sawin mengatakan tanah di Pulau Rupat memang sangatlah bagus untuk menanam komoditas sawit.
Sawin mengatakan di masa pandemi kali ini kalau sedang musim trek yaitu ketika lahan sawit tidak menghasilkan atau buah yang dihasilkan sedikit harganya bisa mahal. Namun ketika musim banjir panen yang sekitar bulan Mei hingga Juli harga jual kelapa sawit anjlok hingga Rp 800/kg karena banyak buah yang busuk.
"Kalau sekarang harga waktu pandemi masih termasuk aman, per kilo masih sekitar Rp 1.600/kg. Saya di bulan pandemi ini juga bisa menghasilkan Rp 15-18 juta dalam sekali panen. Karena masa panen itu 2 minggu sekali, jadi omzet saya itu rata-rata Rp 30 juta/per bulan," imbuh Sawin kepada detikcom beberapa waktu yang lalu.
Sawin pun bercerita awalnya dia hanya memiliki 10 hektare lahan dengan modal Rp 200 juta. Dari modal tersebut, dirinya harus menunggu sekitar 3-4 tahun sebelum lahan 10 hektar miliknya mengeluarkan hasil.
"Awal kami jual cuma 70 kg dari seluas 10 hektare tersebut, tapi besoknya sudah 200 kg, besoknya lagi 500 kg, meningkat terus hingga pernah mencapai 18 ton untuk 10 hektare," ungkap Sawin.
![]() |
Ia pun mengatakan sebuah kelapa sawit yang punya kualitas bagus adalah yang sudah merah. Berarti itu tandanya sudah masak dan punya harga yang tinggi. Sayangnya beberapa masyarakat ada yang memanen sawitnya ketika masih kuning atau hijau.
"Dan mungkin itu yang membuat hasil panen sawit menjadi turun. Kuncinya adalah kesabaran," tutur Sawin.
Pada tahun 2015 ia pun memutuskan untuk mengajukan pinjaman KUR ke Bank BRI sebesar Rp 25 juta untuk membeli lahan di Pulau Rupat sekitar 6 hektare yang ditanami sawit.
"Kemudian pinjam lagi Rp 50 juta untuk membeli lahan kembali seluas 5 hektare. Jadi sekarang saya punya total sekitar ada kurang lebih 30 hektare berkat bantuan KUR dari BRI," imbuh Sawin.
Sawin mengakui dengan adanya bantuan KUR dari Bank BRI usaha yang ia tekuni sejak lama ini semakin maju. Dirinya pun kini sudah bisa dikatakan sebagai jutawan di Pulau Rupat.
"Dengan adanya bantuan pinjaman dari BRI jadi sudah lumayan gitu untuk kami beli mobil untuk operasional. Dulu awalnya saya hanya punya 10 hektare, setelah ada pinjaman dari BRI untuk memperluas lahan jadi bisa memiliki total kira-kira 30 hektare," tuturnya.
Kesuburan tanah di Pulau Rupat juga diakui oleh PJ Bupati Bengkalis Syahrial Abdi yang mengatakan Pulau Rupat memiliki tanah yang subur sehingga mampu ditanami lahan mulai dari kelapa sawit hingga karet di daerah Rupat Selatan. Sedangkan untuk daerah Rupat Utara akan dijadikan tempat khusus pariwisata.
"Makanya kami harap stakeholder yang bisa bantu kami untuk mendorong, kami Pemerintah Bengkalis siap membantu. Kalau akses ini bisa terbuka tidak hanya pantai, masih ada juga lahan luas yang subur sekali dan bisa ditanami sawit karet dan ini bisa jadi kawasan industri di daerah selatan. Kalau Utaranya kita jadikan pariwisata," ungkap Abdi.
detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan khususnya di masa pandemi. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus beritanya di tapalbatas.detik.com.
(akn/hns)