Wakil Menteri BUMN I Budi Gunadi Sadikin (BGS) menjabarkan bedanya krisis akibat pandemi COVID-19 dengan krisis lainnya yang pernah dihadapi Indonesia maupun dunia sebelumnya. Perbedaan utama dari krisis akibat COVID-19 dengan krisis lainnya adalah krisis lain dimulai karena masalah keuangan sedangkan krisis saat ini karena masalah kesehatan.
"Sebagai bankir selama 25 tahun, sebenarnya saya telah mengikuti perkembang tiga krisis global sebelum COVID-19. Pertama adalah krisis besar pada tahun 1998, kemudian diikuti oleh krisis ekonomi global tahun 2008 dan krisis lainnya pada tahun 2013 juga krisis lainnya. Ketiga krisis yang terjadi tersebut bermula di sektor keuangan," ujar Budi dalam acara US-Indonesia Investment Summit secara virtual, Jumat (11/12/2020).
Krisis 1998 merupakan krisis yang berpusat di kawasan Asia. Krisis bermula di Thailand dan menyebar negara lain di Asia, yakni Indonesia, Malaysia dan Korea Selatan. Indonesia ikut terpukul oleh krisis ini karena terjerat oleh utang luar negeri yang menggunung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dimulai dengan krisis keuangan pada tahun 1998. Itu dimulai karena Indonesia memiliki terlalu banyak utang luar negeri, baik swasta dan sektor pemerintahan," ungkapnya.
Baca juga: Tips JK Selamatkan Ekonomi RI dari Resesi |
Sepuluh tahun kemudian terjadi krisis besar lainnya tepatpnya pada 2008 yang merupakan krisis global. Krisis ini dimulai dari masalah kredit perumahan di Amerika Serikat yang berimbas ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Namun, kali ini Indonesia tak sepuruk krisis 1998 lalu.
"(Dampak krisis 2008 kepada Indonesia) tidak sebesar tahun 1998 tetapi (berpengaruh besar) secara global," sambungnya.
Lalu, memasuki tahun 2013 kembali terjadi krisis akibat kebijakan Gubernur The Fed saat itu, Ben Bernanke menerapkan tapering off yaitu mengurangi pembelian surat utang. Artinya The Fed mulai mengurangi likuiditas yang beredar. Akibatnya pasar saham di negara berkembang termasuk Indonesia langsung bereaksi negatif. Para investor mulai menarik dananya dan mengalihkan ke pasar yang lebih maju.
Kurs rupiah pun jatuh melemah. Situasi perekonomian Indonesia ketika itu tidak terlalu baik karena juga dibayangi oleh current account defisit yang cukup besar.
Sedangkan krisis akibat COVID-19 ini murni isu kesehatan. "2020 ini secara global tidak diawali dengan krisis finansial. Ini dimulai dengan pandemi kesehatan," katanya.
Untuk itu, sambung BGS diperlukan pendekatan yang berbeda untuk menangani krisis kali ini. Salah satunya dengan fokus pada isu kesehatan itu terlebih dahulu.
"Jadi kita perlu memiliki kebijakan yang berbeda. Kita perlu mengangkat ahli kesehatan," imbuhnya.
(dna/dna)