Jakarta -
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati hari ini menggelar dialog dari hati ke hati dengan para supermom pejuang ekonomi di Hari Ibu. Ada tiga Ibu yang mencurahkan perjuangannya, terutama dalam perekonomian di lingkungannya.
Pertama, seorang Ibu bernama IGA Agung Widiastuti atau biasa dipanggil Widi yang merupakan Direktur Yayasan Kalimajari. Widi mendirikan yayasan itu untuk mendukung pengembangan kinerja petani kakao di Bali sampai ke pasar ekspor. Ia juga merupakan Pembina Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KSS) di Desa Nusasari, di Kabupaten Jembrana, Bali yang mendukung pembiayaan petani kakao.
Kepada Sri Mulyani, ia bercerita sempat mengalami kendala dalam melakukan ekspor kakao karena banyak pembeli dari luar negeri yang membatalkannya. Hal itu disebabkan pandemi virus Corona (COVID-19) yang mewabah di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di bulan April kami mendapatkan tiga pembatalan PO (pre order), dari Prancis, Belanda, dan Jepang. Dan coklat processing di Bali hampir semua kolaps karena pandemi. Tapi kami tidak menyerah, siang malam kalau di kita tidur, tapi di Eropa baru bekerja. Jadi jam 11 malam kami masih telepon buyer sana-sini, agar PO yang dia batalkan bisa berlanjut. Sampai pada akhirnya kami mendapatkan PO kembali," kata Widi dalam dialog Hari Ibu yang disiarkan melalui YouTube Kementerian Keuangan, Selasa (22/12/2020).
Ibu kedua yang bercerita perjuangannya ke Sri Mulyani di hari ibu adalah Maya, produsen dan pedagang suvenir dari Semarang yang sempat kesulitan berdagang karena pandemi Corona.
"Awalnya saya menjual suvenir saja. Tapi karena kondisi pandemi, kondisi sulit, tidak mungkin saya menghentikan semua karyawan saya karena pandemi. Karena usaha saya ini memberdayakan perempuan di lingkungan saya, tetangga saya," jelas Maya.
Melihat banyak orang yang rajin memasak saat pandemi, Maya berpikir untuk menjual celemek atau apron. Ternyata, celemek buatannya itu laris manis di pasar.
"Apron itu saya mendapat ide dari Facebook. Saya lihat teman di Facebook itu banyak yang pamer masakan. Jadi saya melihat setelah pandemi banyak org yg lari ke dapur. Pria, wanita, semuanya itu larinya ke dapur. Jadi saya berpikir wah ini kalau saya jual apron mungkin laku juga. Setelah omzet yang runtuh semua, saya langsung bikin apron. Dan syukurlah bisa diterima. Saya juga jual di Facebook. Ada yang beli juga," katanya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Perjuangan Maya tak hanya untuk mempertahankan bisnisnya, tapi juga demi mempertahankan para perempuan di lingkungannya yang ia berdayakan.
"Dulu saya lihat banyak ibu-ibu yang banyak nongkrong di warung atau di depan. Saya tanya ada kesibukan apa, mereka jawab kalau sudah masak ya sudah nganggur. Lalu saya ajak buat suvenir, membuat boneka. Ada beberapa yang tidak punya basic menjahit sama sekali, sehingga mulai dari mengisi dakron. Lalu saya ajari cara menutup. Lama-kelamaan kalau sudah menjahit pakai tangan, dia akan punya keinginan untuk menjahit dengan mesin," terang Maya.
Sosok supermom ketiga yang juga menceritakan perjuangannya di hari ibu ialah Apriliya Ikayanti, Manajer Divisi Bisnis dan Pengembangan Modal Koperasi Simpan Pinjam (KSP) KUD Mintorogo. Melalui koperasinya, sebanyak 6.471 pedagang kecil memperoleh pinjaman dari program Umi. Pinjaman yang disalurkan pun fantastis, mencapai Rp 23,58 miliar.
"Dari 6.400 itu sekitar 5.000 orang memang perempuan, terserap di warung-warung makan, dan lain-lain. Dan ada juga petani jamur, penjahit rumahan," imbuh April.
KSP Mintorogo yang dikelolanya tak hanya memberikan pinjaman, tapi juga pelatihan untuk mengembangkan usaha kecil di lingkungan tersebut.
"Petugas kami diberikan pelatihan juga supaya bisa memberikan pendampingan bagi anggota yang memperoleh Umi. Dan ternyata dengan pendampingan itu, komunikasi efektif, dan pendekatan emosional ternyata memberikan dampak positif," papar April.
Menurutnya, dengan konsep pendampingan itu para pedagang kecil lebih disiplin dalam membayar angsuran ke KSP Mintorogo, sehingga pada akhirnya program Umi tersebut memperoleh hasil yang positif.
"Ternyata dengan konsep pendampingan, konsep pembinaan lain yang kami lakukan secara intensif dan continue, sehingga pada mereka nggak mengangsur itu mereka sungkan. Mereka akhirnya punya rasa itu yang akhirnya membuat pinjaman Umi bisa berjalan dengan baik, dan tunggakan bisa diminimalisir. Memang tidak bisa dipungkiri tunggakan itu ada, tapi dengan konsep pendampingan itu bisa meminimalisir tunggakan," ucap dia.
Mendengar perjuangan ketiga Ibu itu, Sri Mulyani pun heran. Dari mana inisiatif para supermom itu muncul. Pasalnya, perjuangan ketiga supermom itu tak hanya untuk berbisnis, tapi terutama untuk memberdayakan masyarakat di lingkungannya.
"Anda semuanya bertiga kayaknya dari awal waktu memilih pekerjaan atau ketekunan sama sekali nggak ada yang bilang ingin mendapat duit banyak atau kaya. Jadi yang muncul di kepala dan diceritakan, dan saya yakin itu tak ada skenarionya, adalah saya pengin memberikan manfaat dan melihat orang lain mendapat manfaat. Itu luar biasa," kata Sri Mulyani.