Dagang Sembako di Pasar Alas, Ibu Ini Bisa Cuan Rp 3 Jutaan/Hari

Dagang Sembako di Pasar Alas, Ibu Ini Bisa Cuan Rp 3 Jutaan/Hari

Inkana Putri - detikFinance
Rabu, 23 Des 2020 15:17 WIB
tapalbatasmotamasin
Foto: Mohammad Wildan/20detik
Malaka -

Ada satu hal yang berbeda dari pasar di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur. Beda dari pasar pada umumnya, pasar-pasar di Malaka hanya buka di hari-hari tertentu saja, salah satunya Pasar Alas yang hanya buka di hari Kamis saja.

Mengingat hanya buka di satu hari saja, tentunya banyak masyarakat Desa Alas yang bergantung pada Pasar Alas untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Pasalnya, jarak Desa Alas ke perkotaan bisa dibilang cukup jauh, yakni berkisar antara 40-60 menit lamanya.

Yovita Klon Seran (44) menjadi salah satu penjual di Pasar Alas yang memasok kebutuhan sehari-hari warga Desa Alas sejak tahun 2009. Di Pasar Alas, Yovita membuka kios sembako yang menjual aneka ragam kebutuhan warga mulai dari beras, minyak, sabun, sampo, hingga buku tulis sekali pun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya (sudah) jualan sembako di sini dari tahun 2009. Saya memilih jualan sembako karena cocok dengan kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan," ujarnya kepada detikcom baru-baru ini.

Sebelum berjualan di Pasar Alas, Yovita mengaku awalnya ia hanya membuka berjualan di rumahnya saja. Namun, omzet yang didapat dari berjualan di rumah jauh lebih sedikit dibanding berjualan di Pasar Alas.

ADVERTISEMENT

"Omzetnya kalau berjualan di rumah sedikit saja, seharinya Rp 100 ribu. Tapi kalau di pasar dapat penghasilan yang sedikit banyak," paparnya.

Untuk berjualan di Pasar Alas, Yovita menyebut seluruh pasokan barangnya diambil sendiri dari toko-toko yang ada di Kota Betun. Selain perlu ambil barang jualan dari Kota, setiap berjualan Yovita juga perlu mengangkut barang-barangnya menggunakan pick up.

"Untuk barang-barangnya sendiri diambil dari toko yang di kota. Karena saya tinggal di Wemasa saya angkut ini pakai Kijang sama suami," katanya.

Selain di Pasar Alas, Yovita bercerita dirinya juga berjualan di pasar-pasar lainnya. Mengingat pasar di Malaka memang selalu ganti lokasi setiap harinya.

"Hari Kamis di Alas, hari Jumat di Welaus, hari Sabtu istirahat, Minggu di pasar Kada, Seninnya di Pasar Besikama, Selasa di Wemasa, Rabu di Kada," imbuhnya.

tapalbatasmotamasinYovita Klon Seran (44) menjadi salah satu penjual di Pasar Alas yang memasok kebutuhan sehari-hari warga Desa Alas Foto: Mohammad Wildan/20detik

Sejak berjualan di Pasar Alas, ia mengaku kini omzetnya meningkat drastis dibandingkan dengan berjualan di rumah. Yovita yang dulunya hanya dapat ozmet sekitar ratusan ribu per harinya kini bisa mendapatkan jutaan rupiah dalam satu hari.

"Penghasilannya kalau ramai sampai Rp 1 juta lebih. Kalau pasar di sini (Pasar Alas) sampai Rp 2,5 juta - Rp 3,5 juta per hari kalau ramai. Yang paling ramai pasar hari Kamis di sini dan Selasa di kita punya kampung sendiri," ujarnya.

Namun untuk bisa berjualan di Pasar Alas, Yovita awalnya membutuhkan modal tambahan. Hal ini mengingat omzet dari berjualan di rumah belum cukup untuk bisa berjualan di Pasar Alas. Apalagi jarak Wemas ke Alas cukup jauh yaitu berkisar 23 km atau 40-45 menit dengan kendaraan.

Dalam mengembangkan usahanya, Yovita akhirnya memutuskan untuk mengajukan KUR ke BRI pada tahun 2007 sebesar Rp 4 juta. Melihat usahanya terus meningkat, Yovita kemudian mengajukan KUR kembali sebesar Rp 10 juta pada tahun 2009 hingga terakhir mengajukan pinjaman Rp 200 juta pada Februari lalu.

"Awalnya itu saya usaha di rumah saja kecil-kecilan. Lalu, saya ajukan kredit bank ke BRI Betun mulainya dari awal Rp 4 juta, naik lagi sampai Rp 10 juta. Dari situ saya bisa belanja barang untuk jalan ke pasar," paparnya.

Di tengah pandemi, Yovita mengaku usaha kios sembakonya juga ikut terdampak. Jika sebelum pandemi ia bisa mendapatkan omzet Rp 40 juta per bulan dalam sehari, kini omzetnya menurun 50%.

"Satu bulan itu bisa sampai Rp 40 juta. Kalau selama pandemi Corona sedikit 20 saja. Pandemi ini sudah kurang sedikit penghasilan kami di pasar," katanya.

Meskipun demikian, Yovita bersyukur selama pandemi ia diberi keringanan subsidi bunga dari BRI sejak Maret hingga Juli. Dengan begitu, dirinya tetap bisa melanjutkan usahanya.

"Kalau selama pandemi orang-orang yang datang kurang. Syukurnya kita selama pandemi diizinkan untuk bayar bunganya saja (dari) Maret, April, Mei, Juni, Juli. Mulai Agustus kita bayarnya sudah seperti semula," ungkapnya.

Di ulang tahun yang ke-125 pada tahun ini, BRI hadir di perbatasan dengan tema BRILian memudahkan masyarakat melakukan transaksi perbankan, termasuk bagi masyarakat Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka. Di tengah pandemi BRI juga membantu masyarakat melalui KUR, restrukturisasi, subsidi bunga hingga penyaluran BPUM untuk UMKM sekitar.

detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan khususnya di masa pandemi. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus beritanya di tapalbatas.detik.com.




(akn/dna)

Hide Ads