Jatuh Bangun Usaha Kratom Warga Putussibau Kini Raup Rp 30 Juta/Bulan

Jatuh Bangun Usaha Kratom Warga Putussibau Kini Raup Rp 30 Juta/Bulan

Yudistira Imandiar - detikFinance
Minggu, 27 Des 2020 17:01 WIB
Petani Kratom
Foto: Yudistira Imandiar
Jakarta -

Budi daya daun kratom memberikan berkah bagi Bambang Sucipto dan keluarga. Warga Desa Nanga Kalis, Putussibau, Kalimantan Barat itu kini bisa hidup lebih sejahtera setelah melakoni budi daya kratom.

Tanaman dengan nama lain biek ini laris di pasar impor karena khasiatnya untuk mengurangi rasa sakit, hingga membuat tubuh rileks. Tingginya permintaan kratom pun membuat para petani dapat memasarkannya dengan harga cukup tinggi.

Bambang bercerita mulai serius membudidayakan kratom sejak 2017. Lahan seluas dua seperempat hektare peninggalan orang tua ia jadikan lahan untuk ditanami kratom.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia melihat budi daya kratom sebagai usaha yang memiliki prospek bagus dalam waktu lama. Sebab, permintaan terhadap tanaman ini terus meningkat dan harganya relatif tinggi, meskipun kerap terjadi fluktuasi.

Daun kratom yang memiliki aroma khas nan semerbak ini dipercaya memiliki khasiat bagi tubuh, antara lain mengurangi rasa sakit, mengatasi kelelahan, hingga membuat tubuh lebih rileks. Karena khasiatnya itu, kratom menjadi komoditas dengan nilai ekonomi tinggi.

ADVERTISEMENT

"2017 mulai (budidaya) kratom. Lahan kita punya kurang lebih 45x500 meter, tanah dari orang tua. Ya karena kalau kita lihat ke depannya bisa prospeknya panjang. Makanya kita milih ini," ungkap Bambang saat ditemui detikcom beberapa waktu lalu.

Daun kratom dapat dipanen setiap satu bulan sekali. Dari lahan miliknya, Bambang bisa mengumpulkan tiga ton daun basah. Daun tersebut selanjutnya dikeringkan dan digiling menjadi bentuk remahan. Setiap satu ton daun basah dapat menghasilkan 300 kilogram daun kering remahan, sehingga setiap kali panen dari kebunnya Bambang memperoleh sekitar 900 kilogram daun kering untuk dijual ke pengepul.

Daun berbentuk remahan itu dijual kepada pengepul di Pontianak dengan harga Rp 35 ribu per kilogram. Omzet yang diperoleh Bambang dari penjualan daun di kebunnya bisa mencapai Rp 30 jutaan per bulan.

Petani KratomPetani Kratom Foto: Yudistira Imandiar

"Kalau masalah jual kita sudah ada penampung tetap. Jadi barang yang kita dapat kirim ke dia," sebut Bambang.

Perjalanan bisnis kratom yang dilalui Bambang tidak selalu mulus. Sebelum menjalankan bisnis sendiri, ia bermitra dengan seorang pengepul di Putussibau. Namun apes baginya, karena mitra bisnisnya itu melakukan kecurangan.

Bambang mengisahkan, suatu hari pengepul itu mendapatkan pesanan 15 ton tepung kratom. Karena dia kekurangan modal, Bambang menyanggupi untuk membantu modal agar bisa memenuhi pesanan tersebut. Uang Rp 30 juta ia serahkan kepada pengepul itu.

Namun, setelah pesanan terpenuhi dan tagihan dibayarkan oleh pemesan, pengepul membawa kabur seluruh uang yang diperoleh. Bambang hanya bisa gigit jari.

Petani KratomMesin Giling Kratom Foto: Yudistira Imandiar

"Jadi bos yang dulu dia dapat kuota 15 ton tepung, jadi dia mau kerja kekurangan dana. Aku bantu modalnya Rp 30 juta. Akhirnya berjalan dengan lancar dia udah dibayar. (Tapi) uang Rp 30 juta gak dikembalikan manusia tidak tahu batang hidungnya," kisah Bambang.

Kejadian tak mengenakan lain juga pernah dialami Bambang. Pesanan kratom sebanyak 1,8 ton tidak dibayarkan.

Kemalangan-kemalangan tersebut menjadi pelajaran baginya untuk tidak mudah percaya dengan orang lain. Ia pun menjalankan bisnis kratom seorang diri dan mencari pengepul terpercaya di Pontianak, Kalimantan Barat.

Selain mengandalkan hasil panen dari kebun sendiri, Bambang juga mengumpulkan daun dari petani di Putussibau. Daun tersebut ia olah menjadi remahan sehingga bisa dijual dengan harga lebih tinggi. Margin harga beli dari petani dengan harga jual ke pengepul menjadi keuntungan yang masuk kantong Bambang.

Dikatakan Bambang, untuk mengambil barang dari petani lain membutuhkan modal yang cukup besar. Ia pun memutuskan untuk mengambil Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI senilai Rp 50 juta. Uang tersebut diputarkannya untuk menambah kuantitas daun yang dibeli dari petani lain, sehingga keuntungan yang didapatkannya lebih besar.

"Alhamdulillah ada (tambahan keuntungan) setelah ambil KUR. Karena kita bisa tambah barang. ada lebih lagi (keuntungan) dari modal kita sendiri karena gak mengharap modal bos (mitra bisnis)," ungkap Bambang.

Dari daun kratom, Bambang bisa mengubah kehidupan keluarganya menjadi lebih layak. Dari tabungan yang terkumpul, ia ingin merenovasi rumahnya yang sudah tidak bagus kondisinya.

Di ulang tahun yang ke-125 pada tahun ini, BRI hadir di perbatasan dengan tema BRILian memudahkan masyarakat melakukan transaksi perbankan, termasuk bagi masyarakat Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu. BRI juga menghadirkan KUR hingga menyalurkan BPUM untuk membantu UMKM sekitar.

detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan khususnya di masa pandemi. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus beritanya di tapalbatas.detik.com.




(akn/dna)

Hide Ads