Jurus Kemenhub Turunkan Biaya Kargo di Pelabuhan

Jurus Kemenhub Turunkan Biaya Kargo di Pelabuhan

Hendra Kusuma - detikFinance
Sabtu, 02 Jan 2021 17:00 WIB
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat menembus 5,3% di tahun 2020. BI pun optimis kabinet baru Jokowi dapat percepat laju ekonomi RI.
Ilustrasi/Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengungkapkan sudah menyiapkan jurus untuk menurunkan biaya kargo atau biaya pengangkutan (freight) peti kemas di pelabuhan. Saat ini biaya kargo secara global naik signifikan akibat pandemi COVID-19.

Dirjen Perhubungan Laut Kemenhub Agus H. Purnomo mengatakan kenaikan biaya kargo tersebut berpengaruh pada upaya perbaikan kinerja industri pelayaran dan perekonomian nasional.

"Dampaknya, hampir di semua negara harga sea freight dengan kontainer naik signifikan, waktu pelayaran lebih lama, terjadi penumpukan kontainer di pelabuhan, dan bongkar muat di pelabuhan pun lebih lama," kata Agus dalam keterangan resminya, Jakarta, Sabtu (2/1/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemenhub melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, dikatakan Agus telah menyiapkan sejumlah langkah untuk membantu kesulitan yang dialami industri pelayaran.

"Pertama, kami akan mengawasi percepatan proses bongkar muat sehingga peti kemas dapat segera didistribusikan dan kapal bisa berlayar kembali," ujarnya.

ADVERTISEMENT

"Kedua, kami juga akan mempercepat peti kemas segera keluar dari pelabuhan sehingga kontainer segera dapat kembali ke depo dengan cepat," tambahnya.

Agar langkah tersebut lebih efektif, Kemenhub berharap kementerian dan lembaga (K/L) negara terkait, melakukan percepatan yang sama.

"Kami imbau kementerian terkait bisa mendukung upaya yang dilakukan Kementerian Perhubungan, yaitu mempercepat proses pengeluaran long stay container di pelabuhan," ucapnya.

Adapun operator pelayaran jalur utama (main line operator/MLO) diharapkan, tetap dapat memberi ruang muat dari Indonesia, untuk tujuan ekspor. MLO diharapkan dapat menyediakan peti kemas 40 High Cube.

"Berikutnya kami minta perusahaan pelayaran dalam negeri, khususnya yang tergabung dalam INSA, mengambil peluang untuk memanfaatkan ruang muat pelayaran luar negeri yang berkurang. Kami juga menghimbau perusahaan eksportir melakukan substitusi dengan memakai peti kemas 20 feet," katanya.

Sebagai informasi, sejumlah negara telah menjalankan kebijakan penutupan atau lockdown lantaran pandemi COVID-19, sejak awal tahun ini. Hal ini mengakibatkan terjadinya pembatasan pergerakan orang, barang, hingga pergerakan kapal. Tak sedikit perusahaan pelayaran yang mengurangi kegiatan kapalnya, untuk menekan biaya operasional dan menstabilkan ongkos pengangkutan.

Industri pelayaran global mulai menggeliat mulai Juli lalu, ketika China mulai menaikkan frekuensi ekspor. Hanya saja, aktivitas di China ini tak serta-merta memulihkan industri pelayaran global.

Pasalnya, pengiriman kontainer masih terbatas lantaran sejumlah negara masih menjalankan kebijakan lockdown. Sumber daya manusia untuk menjalankan aktivitas bongkar muat pun masih terbatas, sehingga keterlambatan dalam pengiriman dan pengumpulan kontainer pun terjadi.


Hide Ads