Aksi mogok yang dilakukan oleh perajin tahu dan tempe berimbas pada penjual gorengan di pinggir jalan. Ada menu yang hilang di gerobak penjual gorengan dalam beberapa hari ini.
Salah satu penjual gorengan di kawasan Warung Sila, Jakarta Selatan, Diman (50) bercerita dia tak mendapatkan pasokan. Usaha mencari pasokan tahu tempe yang menjadi menu andalan itu pun nihil sejak awal tahun ini.
"Saya sudah keliling dari setelah tahun baru nggak ada tahu tempe di mana-mana. Kata koperasi, memang lagi mogok produksi, Nanti ada lagi tanggal 4 Januari," ujar Diman ditemui detikcom, Minggu (3/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setali tiga uang dengan Diman. Salah seorang pedagang gorengan di Jalan Timbul, Jakarta Selatan juga kesulitan mencari tahu dan tempe. "Memang dari malam tahun baru sudah nggak ada. Saya nggak tahu kapan ada lagi," ujarnya.
Alhasil, menu gorengan yang tersedia hanya cireng, pisang goreng, bakwan (bala-bala) singkong, risol, dan lontong.
Langkanya tahu dan tempe di tukang gorengan adalah imbas dari aksi mogok para perajin. Hari ini rencananya adalah hari terakhir mereka mogok. Ada sebanyak 160.000 perajin yang tersebar di seluruh Indonesia melakukan aksi tersebut.
"Lebih kurang 90% dari jumlah perajin tahu tempe (di Indonesia) mogok produksi. (Jumlahnya) 160.000 perajin," ungkap Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin kepada detikcom, Sabtu (2/1/2021).
Mogok itu disebabkan oleh tingginya harga kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe. Harga kedelai memang mengalami lonjakan drastis selama pandemi virus Corona (COVID-19). Normalnya, harga kedelai aa di kisaran Rp 6.100-6.500 per kilogram (Kg), kini naik menjadi sekitar Rp 9.500/Kg.
(zlf/zlf)