Tahu dan tempe sempat menghilang di pedagang/tukang gorengan beberapa hari terakhir. Hal itu disebabkan oleh aksi mogok para perajin/produsen tahu dan tempe selama 3 hari kemarin, yakni 1-3 Januari 2021.
Kini, tahu dan tempe sudah kembali lagi dijual tukang gorengan. Salah satunya tukang gorengan di kawasan Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat yang bernama Sutara. Ia mengaku, hari ini sudah kembali menjual tahu dan tempe.
"Sudah jual lagi. Tadi pagi belanja ada di pasar. Tapi ini baru mau digoreng," kata Sutara ketika ditemui detikcom, Jakarta, Senin (4/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sutara mengatakan, harga tahu dan tempe naik di pasar. Meski begitu, ia tak menaikkan harga jualnya.
"Tadi belanja harga di pasar sudah naik, dari Rp 5.000 jadi Rp 6.000 per potong. Tapi saya jual tahu dan tempe tetap Rp 1.000 per potong. Takut orang nggak mau beli kalau dinaikkan. Jadi ya Rp 1.000 saja," tutur Sutara.
![]() |
Dengan kenaikan harga ini, otomatis keuntungannya semakin menipis. Apalagi, potongan tahu dan tempe yang ia jual tetap sama, artinya tak diperkecil. Namun, menurutnya lebih baik untung sedikit daripada dagangannya tak laku.
"Ya sedikit saja. Untung sedikit nggak apa-apa. Takut nggak laku, kita kan lagi susah. Potongannya tetap sama. Cuma kan ini kurang untung, tapi bisa dari pisang, ubi atau yang lain. Kita dagang yang penting habis. Cuma untungnya beda," imbuh dia.
Tak hanya Sutara, seorang tukang gorengan di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat yang bernama Aditya Hafid juga tak menaikkan harga jual gorengannya meski tahu dan tempe naik.
"Kalau saya jual itu sudah lama Rp 5.000 dapat 4 potong. Yang penting mah lancar dagangan saya. Nggak usah untung banyak-banyak," kata Aditya.
Sama seperti Sutara, ia memperoleh tahu dan tempe di pasar dengan harga yang naik Rp 1.000 per potong.
"Tadi d sih belanja naik Rp 1.000 sepotong tahu dan tempe. Tadinya Rp 5.000 jadi 6.000. Ada juga yang tadinya Rp 6.000 jadi Rp 7.000," pungkasnya.
(ara/ara)