Pengusaha Kutuk Trump Atas Kerusuhan Gedung Capitol AS

Pengusaha Kutuk Trump Atas Kerusuhan Gedung Capitol AS

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 07 Jan 2021 10:11 WIB
WASHINGTON, DC - JANUARY 06: Protesters gather on the U.S. Capitol Building on January 06, 2021 in Washington, DC. Pro-Trump protesters entered the U.S. Capitol building after mass demonstrations in the nations capital during a joint session Congress to ratify President-elect Joe Bidens 306-232 Electoral College win over President Donald Trump.   Tasos Katopodis/Getty Images/AFP
Foto: AFP/TASOS KATOPODIS
Jakarta -

Para pengusaha Amerika Serikat (AS) ramai-ramai mengutuk Presiden Donald Trump. Hal ini buntut dari kerusuhan yang terjadi di Gedung Capitol AS saat Kongres menggelar sidang gabungan mengesahkan kemenangan Joe Biden dalam Pilpres 2020.

Dikutip dari CNN, Kamis (7/1/2020), pengusaha tergabung National Association of Manufacturers (NAM) salah satu grup bisnis paling berpengaruh di AS meminta Wakil Presiden Mike Pence untuk mempertimbangkan pemecatan Presiden Donald Trump. Mereka mendorong Pence melakukan Amandemen ke-25.

"Pence harus secara serius mempertimbangkan bekerja dengan kabinet untuk meminta Amandemen ke-25 untuk melestarikan demokrasi," kata CEO NAM Jay Timmons.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan tersebut menunjukkan betapa terkejutnya pelaku bisnis di AS atas serangan yang sedang berlangsung pada demokrasi. NAM sendiri didirikan pada tahun 1895 dan menjadi salah satu grup bisnis tertua dan terkuat di negara tersebut. Asosiasi ini mewakili manufaktur kecil dan besar di 50 negara bagian.

Seruan itu muncul setelah pendukung Trump menyerbu Gedung Capitol AS, mengganggu sesi gabungan Kongres dalam perhitungan suara Electoral College. Pence dievakuasi selama kekacauan itu.

ADVERTISEMENT

"Presiden yang akan keluar menghasut kekerasan dalam upaya untuk mempertahankan kekuasaan, dan setiap pemimpin terpilih yang membelanya melanggar sumpah mereka pada konstitusi dan menolak demokrasi yang mendukung anarki," kata Timmons.

"Ini bukan hukum dan ketertiban. Ini kekacauan. Ini aturan massa. Ini berbahaya. Ini hasutan dan harus diperlakukan seperti itu." tambahnya.

Senada, CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon juga mengutuk kekerasan di Washington.

"Para pemimpin terpilih kita memiliki tanggung jawab untuk menyerukan diakhirinya kekerasan, menerima hasil, dan, seperti demokrasi kita selama ratusan tahun, mendukung transisi kekuasaan secara damai. Sekarang adalah waktu untuk berkumpul bersama untuk memperkuat persatuan luar biasa kita," tambahnya.

(acd/ara)

Hide Ads