Sejak tahun 2002 lalu, puluhan ribu pohon kopi tertanam dan tumbuh menghasilkan biji-biji kopi di lereng Gunung Ciremai tepatya di kawasan Cibunar, Desa Linggajati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan.
Para petani kopi di kawasan itu pun menggantungkan hidupnya dari hasil panen biji kopi yang bisa mencapai belasan ton dalam sekali panen. Namun sayangnya, melimpahnya biji kopi yang dihasilkan dari kawasan Cibunar itu tidak dibarengi dengan kesejahteraan para petani kopi.
Para petani kopi hanya mendapat penghasilan ala kadarnya. Hal itu disebabkan karena harga jual biji kopi saat itu yang sangat murah, kurangnya pengetahuan petani tentang kopi serta jeratan tengkulak yang membeli hasil panen petani dengan harga murah. Saat itu satu kilogram biji kopi hanya dihargai antara 18 hingga 20 ribu saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itulah yang kemudian membangkitkan gairah seorang pemuda bernama Adit Setia (23) untuk bisa meningkatkan daya jual kopi Cibunar dengan memberikan edukasi kepada para petani tentang bagaimana cara menanam, memetik hingga mengolah biji kopi sehingga memiliki nilai jual tinggi.
Adit yang juga anak dari seorang petani kopi di Cibunar merasa prihatin melihat kondisi sang ayah dan petani kopi lainnya yang terus-terusan menjual biji kopi ke pada para tengkulak dan dihargai murah.
Sejak lulus SMA pada 2015 lalu, Adit bertekad untuk meningkatkan pengetahuan petani kopi Cibunar. Secara otodidak, Adit mencari informasi mengenai semua hal tentang kopi. Berkunjung ke kedai kopi di Kuningan jadi salah satu cara Adit mencari informasi.
"Kenapa saya termotivasi, saya ini anak petani. Saya sering ngopi dulunya di kedai-kedai di Kuningan, nanya kenapa kopi bisa enak gini dan harganya cukup mahal. Kemudian dikasih ilmu sama baristanya, sama owner kedainya tentang kopi. Kemudian saya datang ke Dinas Pertanian cari-cari informasi soal kopi dan diajak ikut seminar soal kopi." Kata Adit saat ditemui detikcom dirumahnya Minggu (10/1/2021).
Berbekal ilmu seadanya itu, Adit kemudian mulai mengedukasi petani kopi Cibunar. Diawali dengan mengedukasi sang ayah, Adit mengedukasi jenis-jenis kopi yang ada di Cibunar. Menurutnya saat itu petani kopi Cibunar tidak mengerti tentang jenis kopi arabika maupun robusta.
"Dulu petani itu gatau robusta dan arabica, taunya kopi di Cibunar itu sama saja yang dijual ke tengkulak murah. Sekilonya 18 sampai 20 ribu. Baru tahun 2017 petani itu mulai di edukasi jenis-jenis kopi, cara menanam yang benar dan cara panen yang benar," ungkap Adit.
Tidak mudah bagi Adit mengedukasi petani kopi Cibunar. Ada saja petani yang menolak mengikuti saran-saran yang diberikan Adit untuk membuat harga biji kopi Cibunar bernilai tinggi. Namun Adit tidak menyerah begitu saja, perlahan tapi pasti upaya adit mengedukasi petani mulai membuahkan hasil.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Simak Video "Video: Eks Napiter Umar Patek Buka Bisnis Kopi, Penyintas Bom Bali Protes"
[Gambas:Video 20detik]