Kisah Biji Kopi Kuningan 'Naik Kelas'

Kisah Biji Kopi Kuningan 'Naik Kelas'

Bima Bagaskara - detikFinance
Minggu, 10 Jan 2021 17:59 WIB
Biji Kopi asal Kuningan
Foto: Biji Kopi asal Kuningan (Bima Bagaskara/detikcom)
Kuningan -

Sejak tahun 2002 lalu, puluhan ribu pohon kopi tertanam dan tumbuh menghasilkan biji-biji kopi di lereng Gunung Ciremai tepatya di kawasan Cibunar, Desa Linggajati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan.

Para petani kopi di kawasan itu pun menggantungkan hidupnya dari hasil panen biji kopi yang bisa mencapai belasan ton dalam sekali panen. Namun sayangnya, melimpahnya biji kopi yang dihasilkan dari kawasan Cibunar itu tidak dibarengi dengan kesejahteraan para petani kopi.

Para petani kopi hanya mendapat penghasilan ala kadarnya. Hal itu disebabkan karena harga jual biji kopi saat itu yang sangat murah, kurangnya pengetahuan petani tentang kopi serta jeratan tengkulak yang membeli hasil panen petani dengan harga murah. Saat itu satu kilogram biji kopi hanya dihargai antara 18 hingga 20 ribu saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itulah yang kemudian membangkitkan gairah seorang pemuda bernama Adit Setia (23) untuk bisa meningkatkan daya jual kopi Cibunar dengan memberikan edukasi kepada para petani tentang bagaimana cara menanam, memetik hingga mengolah biji kopi sehingga memiliki nilai jual tinggi.

Adit yang juga anak dari seorang petani kopi di Cibunar merasa prihatin melihat kondisi sang ayah dan petani kopi lainnya yang terus-terusan menjual biji kopi ke pada para tengkulak dan dihargai murah.

ADVERTISEMENT

Sejak lulus SMA pada 2015 lalu, Adit bertekad untuk meningkatkan pengetahuan petani kopi Cibunar. Secara otodidak, Adit mencari informasi mengenai semua hal tentang kopi. Berkunjung ke kedai kopi di Kuningan jadi salah satu cara Adit mencari informasi.

"Kenapa saya termotivasi, saya ini anak petani. Saya sering ngopi dulunya di kedai-kedai di Kuningan, nanya kenapa kopi bisa enak gini dan harganya cukup mahal. Kemudian dikasih ilmu sama baristanya, sama owner kedainya tentang kopi. Kemudian saya datang ke Dinas Pertanian cari-cari informasi soal kopi dan diajak ikut seminar soal kopi." Kata Adit saat ditemui detikcom dirumahnya Minggu (10/1/2021).

Berbekal ilmu seadanya itu, Adit kemudian mulai mengedukasi petani kopi Cibunar. Diawali dengan mengedukasi sang ayah, Adit mengedukasi jenis-jenis kopi yang ada di Cibunar. Menurutnya saat itu petani kopi Cibunar tidak mengerti tentang jenis kopi arabika maupun robusta.

"Dulu petani itu gatau robusta dan arabica, taunya kopi di Cibunar itu sama saja yang dijual ke tengkulak murah. Sekilonya 18 sampai 20 ribu. Baru tahun 2017 petani itu mulai di edukasi jenis-jenis kopi, cara menanam yang benar dan cara panen yang benar," ungkap Adit.

Tidak mudah bagi Adit mengedukasi petani kopi Cibunar. Ada saja petani yang menolak mengikuti saran-saran yang diberikan Adit untuk membuat harga biji kopi Cibunar bernilai tinggi. Namun Adit tidak menyerah begitu saja, perlahan tapi pasti upaya adit mengedukasi petani mulai membuahkan hasil.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Petani kopi Cibunar mulai menyadari bahwa biji kopi yang mereka panen memiliki nilai jual tinggi. Perlahan tapi pasti, harga biji kopi yang dipanen petani mulai merangkak naik. Adit terus meyakinkan petani bahwa biji kopi Cibunar dapat dijual langsung ke pasaran tanpa melalui tengkulak.

"Harga biji kopi mulai dinaikkan jadi 35 ribu dijualnya langsung ke pasaran ke kedai-kedai. Dari situlah petani-petani mulai sadar bahwa kopi Cibunar ini punya nilai jual yang tinggi. Tapi tetap saja ada petani yang pro dan kontra karena tentunya jika ingin bernilai tinggi cara tanam, panen itu harus benar dan dibilang agak ribet," lanjutnya menceritakan.

Kini kerja keras Adit mengedukasi petani sudah membuahkan hasil. Harga satu kilogram biji kopi Cibunar saat ini naik berkali-kali lipat. Untuk biji kopi robusta petik merah, saat ini petani menjualnya Rp 50 ribu perkilogram. Sedangkan untuk biji kopi arabica yang sudah melalui proses full wash dijual seharga Rp 100 ribu perkilogramnya.

Kopi Cibunar saat ini sudah dikenal oleh masyarakat luas. Adit sendirilah yang memasarkan hasil panen petani ke berbagai kedai kopi yang ada di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning). Bahkan permintaan untuk mengirim kopi Cibunar ke luar negeri atau ekspor banyak didapat Adit. Namun Ia saat ini tidak dulu menerima permintaan tersebut.

"Permintaan ekspor ada dari Jepang dan beberapa negara lainnya tapi kita tidak dulu penuhi karena fokus dan target saya bersama petani-petani itu sekarang gimana caranya meningkatkan hasil panen kopi Cibunar. Sekarang hasil panen itu sekitar 20 ton, robusta 15 ton arabica 5 ton itu paling banyak," ujar pria kelahiran 18 Maret 1997 ini.

Adit juga menceritakan saat ini dirinya bisa mengenyam bangku kuliah dari yang tadinya hanya berandai-andai. Hal itu tidak lepas dari upayanya memberikan edukasi kepada para petani kopi Cibunar. "Sekarang kuliah di Uniku ambil manajemen, dulunya mau kuliah itu ya mimpi aja karena tidak ada uang. Berkat kopi ini jadi banyak teman banyak kenalan dan pastinya membawa rejeki juga jadi akhirnya bisa kuliah alhamdulillah," ucap Adit.

Selain itu Adit kini mampu meraup keuntungan hingga Rp 300 juta dalam setahun dari hasil memasarkan kopi Cibunar. Selain memasarkan ke kedai kopi di Ciayumajakuning, Adit juga mengirim kopi Cibunar ke daerah-daerah seperti Tangerang, Kudus, Toraja hingga Malaysia.

"Ada orang Kuningan yang buka cafe di Malaysia dia minta kopinya dari Cibunar. Alhamdulillah tahun 2020 kemarin keuntungan sampe 300 juta bersih. Itu uangnya tidak buat foya-foya atau untuk saya pribadi, tapi dibuat untuk memperbanyak tanaman kopi Cibunar sehingga target ekspor bisa segera terwujud," pungkasnya.



Simak Video "Video: Eks Napiter Umar Patek Buka Bisnis Kopi, Penyintas Bom Bali Protes"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads