Jadi Petani, Eks Bos Disc Tarra Cerita Kisah Sukses Tanam Sayur

Jadi Petani, Eks Bos Disc Tarra Cerita Kisah Sukses Tanam Sayur

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 15 Jan 2021 14:00 WIB
Jakarta -

Saat ini dunia sudah memasuki era industri 4.0. Tak terkecuali sektor pertanian yang juga sudah mulai meninggalkan cara tradisional dan menggunakan teknologi tinggi.

Kecerdasan buatan atau artificial inteligence atau 'robot' menjadi salah satu cara untuk menciptakan hasil pertanian agar berkualitas dan berkuantitas baik.

Dari laman resmi Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian teknologi merupakan salah satu upaya untuk menambah produksi pertanian di Indonesia. Teknologi juga mampu menciptakan kualitas dan meningkatkan persaingan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan teknologi pula, petani tak perlu lagi 'kotor-kotoran' saat bertanam, memelihara tanaman sampai panen. Apalagi dengan metode hidroponik yang memang menggunakan air sebagai media tanamnya.

Teknologi tinggi di sektor pertanian sudah digunakan oleh Wirawan Hartawan, bekas Presiden Direktur Disc Tarra yang kini mendirikan Hydrofarm, kebun pertanian modern.

ADVERTISEMENT

Dia bercerita, dengan teknologi dia bisa menghemat lahan sampai tenaga manusia untuk menghasilkan sayur-sayuran dan buah-buahan berkualitas super dan bernutrisi tinggi.

"Saya bangun tiang untuk deteksi angin seperti weather station lah, mengatur temperature dan mengambil data udara di luar dan dicompare sama di dalam green house, saya membangun aplikasi untuk mengontrol udara, kelembapan sampai pemberian nutrisi ke tanaman. Saya bisa kontrol lewat handphone saja, jadi robot yang kerjain," kata dia dalam program Ask d'Boss detikcom.

Menurut dia saat menanam sayur dia menganalogikan seperti memiliki bayi yang baru lahir. Pasalnya tanaman tersebut membutuhkan makan pagi, cemilan, makan siang sampai makan malam.

Wirawan mengungkapkan, memang dengan teknologi tinggi ini investasi yang dibutuhkan terbilang besar. Namun hasil yang didapatkan bisa sebanding dengan apa yang didapatkan. Walaupun saat ini Hydrofarm belum menghasilkan keuntungan yang besar.

Saat ini dia memiliki kebun organik dan hidroponik atau smart greenhouse. Dengan teknologi ini, untuk satu lahan farm seluas 1 hektar hanya dibutuhkan 3 orang.

"Efisien banget, cuma memang orangnya perlu mengerti teknologi sedikit. Jadi kerjanya datang ke farm, bersihkan, periksa ada hama atau tidak itukan yang nggak bisa dilihat komputer. Kalau memang ada cepat-cepat dibersihkan, lalu panen atau transplan. Itu saja tidak ada pacul," jelas dia.

Pria yang hobi jalan pagi ini menyebut apa yang ia gunakan saat ini membutuhkan proses panjang. Dia mempelajari teknologi pertanian dari sejumlah negara seperti Israel, Belanda sampai Jepang.

Dengan teknologi pula dia bisa menanam selada yang seharusnya membutuhkan cuaca dingin seperti di Puncak, Bogor. "Saya tanam selada di Tangerang yang hawanya 37 derajat. Teknologi membantu saya mempermudah tanamnya, nggak peduli cuaca apa, saya dibantu komputer bisa fit in mau tanam apa saja jadi," jelas dia.

Greenhouse yang dimiliki Wirawan bisa menghasilkan 30-40 ton sayuran setiap bulannya. Ada 17 macam sayuran yang dia tanam seperti romaine, butterhead, lolorosa dan oakleaf. Kemudian untuk Asian Leafy seperti pakcoy, kangkung, bayam hijau, bayam merah, kailan, caisim, sawi pagoda, samhong. Kemudian untuk buah-buahan Hydro Farm menanam melon blonde dan tomat, selain itu ada lagi beberapa jenis sayuran yang sudah dikirimkan ke suppliernya di wilayah Jabodetabek.

Setiap tiga bulan sekali dia mengirimkan sayuran hasil produksinya ke laboratorium pemerintah untuk mendapatkan sertifikasi. Sayur hasil pertanian Hydrofarm tidak memiliki residu pestisida.

Kementerian Pertanian menyebutkan jika artificial inteligence menjadi hal yang penting dari model pertanian yang kekinian. Misalnya untuk mengurus hasil panen, tanah, hama sampai gulma. Dengan hal ini produktivitas produk serta keuntungan ekonomi bisa lebih maksimal.

Saat ini Kementan juga sedang mengembangkan smart greenhouse dengan memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT). Pengembangan akan mengubah tanaman yang diatur melalui internet dengan skema AI misalnya mengatur sinar, air sampai udara.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dikutip dari laman resmi perencanaan.setjen.pertanian.go.id menyebutkan AI harus menjadi basis penting dalam menggerakan pertanian. Teknologi ini akan didukung untuk mengumpulkan info pertanian serta memproses data luas tempat, luas tanam, luas panen dan produktivitas setiap komoditas.

(kil/zlf)

Hide Ads