Minus 3,5%, Ekonomi AS 'Berdarah-darah' di 2020

Minus 3,5%, Ekonomi AS 'Berdarah-darah' di 2020

Tim detikcom - detikFinance
Kamis, 28 Jan 2021 23:18 WIB
The U.S. Capitol is seen between flags placed on the National Mall ahead of the inauguration of President-elect Joe Biden and Vice President-elect Kamala Harris, Monday, Jan. 18, 2021, in Washington.
Foto: AP/Alex Brandon
Jakarta -

Ekonomi Amerika Serikat (AS) pada 2020 mengalami kontraksi karena pandemi COVID-19 menekan pengeluaran konsumen dan investasi bisnis. Bahkan, membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan dan jatuh miskin.

Mengutip Reuters, ekonomi AS mengalami kontraksi 3,5% pada 2020, kinerja terburuk sejak 1946, dan merupakan penurunan tahunan pertama dalam PDB sejak resesi hebat 2007-2009. Hampir setiap sektor, kecuali pemerintah dan pasar perumahan, mengalami penurunan produksi tahun lalu. Penurunan 3,9% dalam belanja konsumen adalah yang terbesar sejak 1932.

Gambaran Departemen Perdagangan AS tentang produk domestik bruto kuartal keempat 2020 menunjukkan upaya pemulihan ekonomi dari pandemi bak kehilangan tenaganya, meski pemerintah AS telah mengucurkan bantuan hingga US$ 3 triliun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan virus yang belum terkendali, para ekonom memperkirakan pertumbuhan AS akan melambat pada periode pertama, seperempat tahun 2021, sebelum mendapatkan kembali kecepatannya pada musim panas saat stimulus tambahan dimulai dan lebih banyak orang Amerika mendapatkan vaksinasi

Sektor jasa yang paling terdampak, terutama terhadap orang-orang berpenghasilan rendah yang cenderung perempuan dan dari kalangan minoritas. Hal itu menyebabkan apa yang disebut pemulihan berbentuk K, di mana pekerja dengan bayaran lebih baik bekerja dengan baik sementara pekerja bergaji rendah merugi.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, Presiden Joe Biden telah meluncurkan rencana pemulihan senilai US$ 1,9 triliun, dan dapat menggunakan laporan PDB untuk merespons beberapa anggota parlemen yang menolak kebijakan tersebut. Pada pemerintahan sebelumnya telah memberikan hampir US$ 900 miliar dalam stimulus tambahan pada akhir Desember 2020.

Sementara itu Bank Sentral AS atau The Federal Reserve berjanji untuk terus menyuntikkan uang ke dalam ekonomi melalui pembelian obligasi. The Fed juga mencatat laju pemulihan dalam aktivitas ekonomi dan pekerjaan mulai moderat.

(hns/hns)

Hide Ads