Dampak pandemi COVID-19 masih menggerogoti industri pariwisata, terutama hotel dan restoran. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY mencatat ratusan hotel dan restoran berhenti beroperasi untuk sementara, namun ada juga yang sudah mati alias gulung tikar.
Lebih rinci, sebanyak 172 hotel dan restoran sudah berhenti beroperasi, atau tidak menerima tamu, namun masih mempekerjakan karyawannya. Sementara itu, ada 50 hotel dan restoran yang sudah mati.
Ketua PHRI DIY Deddy Pranawa Eryana mengatakan angka ini bisa bertambah karena sejumlah hotel dan restoran yang masih beroperasi hanya bisa bertahan tiga bulan lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada lima kategori kekuatan hotel dan restoran. Pertama kuat, setengah kuat, pingsan, hampir mati, mati. Nah yang kuat, setengah kuat, pingsan, itu hanya tiga bulan kekuatannya dari sekarang. Yang setengah kuat saja sudah merasakan goyang. Yang kuat itu sudah hampir ke kategori setengah kuat. Yang owner kelas hiu sampai dengan wader itu saja sudah mulai resah dengan kondisi ini. Mungkin tambah lagi nantinya kalau ini belum ada solusi," kata Deddy kepada detikcom, Selasa (2/2/2021).
Menurutnya, hal ini sudah menunjukkan kondisi berbahaya bagi bisnis hotel dan restoran. Ia pun mengibaratkannya dengan sinyal SOS.
"Realita sekarang kondisi hotel dan restoran di DIY ya seperti ini, sudah SOS. Tanpa ada solusi dari pemerintah, campur tangan dari pemerintah. Kita tidak mengemis, tapi ini realita. Kita sudah tidak bisa apa-apa lagi," ungkap Deddy.
Deddy mengatakan, para pengusaha hotel dan restoran di DIY yang masih bertahan hingga saat ini juga mengalami persoalan cash flow. Pasalnya, pemasukan seret dengan okupansi rata-rata hanya 10%. Namun, pengusaha masih harus menanggung beban biaya listrik, air, BPJS untuk karyawan, dan sebagainya.
"Beban yang paling berat itu kan listrik, BPJS, pajak-pajak, air, tanah, dan lain-lain. Sementara argo itu terus berputar, tagihan-tagihan terus berputar. Ada hotel dan restoran yang pinjam bank, itu juga ditarik terus, bunga bank juga masih ada Nah mereka kan bingung, sementara pemasukan nggak ada. Ini menjadi dilematis bagi kita," tutur dia.
Sementara itu, 50 hotel dan restoran yang sudah mati atau gulung tikar ada indikasi memilih jalan untuk menjual hotelnya. "Kemungkinan, karena mereka sudah bingung. Saya nggak mau pusing, nggak mau gila, nggak mau sakit, ya saya jual saja aset," tutur Deddy.
Ia mengatakan, jika pemerintah tak memberikan bantuan lagi kepada pengusaha, maka tiga bulan lagi akan semakin banyak hotel dan restoran yang berjatuhan.
"Kita minta sentuhan lagi dari pemerintah. Jangan sampai PHRI sudah diberi, nggak ngaku diberi. Saya mengaku kok, kemarin sudah diberi. Tapi dengan ada pembatasan ini semakin drop, kita butuh solusi," tandasnya.
Lihat juga Video: Ada Kebijakan Rapid Antigen, Okupansi Hotel Turun Drastis