Kinerja PT Bank Central Asia Tbk (BCA) sepanjang 2020 sedikit turun dari tahun sebelumnya. Penurunan kinerja itu seiring dengan penurunan kredit BCA yang terpengaruh pandemi COVID-19.
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan sebenarnya rata-rata kredit tumbuh 4,7% secara tahunan (YoY), sedangkan total fasilitas kredit untuk bisnis meningkat 5% YoY.
Akan tetapi, karena adanya pelemahan aktivitas bisnis, maka fasilitas tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga per akhir Desember 2020 total kredit BCA turun 2,1% YoY menjadi Rp 575,6 triliun. Dengan demikian, secara konsolidasi total kredit tercatat sebesar Rp 588,7 triliun, atau melemah 2,5% YoY.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Laba Bersih BCA Turun 5% Jadi Rp 27 T |
Jahja menerangkan beberapa hal yang menyebabkan turunnya penyaluran kredit. Salah satunya para BUMN yang menjadi debitur perusahaan tak jadi menarik pinjaman dari BCA.
Malah mereka membayar pinjamannya di akhir tahun. Itu yang membuat kredit korporasi BCA hanya tumbuh 7,7% menjadi Rp 255,1 triliun.
"Jadi sebenarnya masih bisa lebih besar lagi, cuma di ujung tahun adanya pengembalian-pengembalian dari beberapa BUMN. Jadi ada yang sudah in the pipeline untuk siap tarik pinjaman tapi di akhir tahun malah melakukan re-payment," tuturnya dalam konferensi pers virtual, Senin (8/2/2021).
Para BUMN tersebut sebenarnya sudah mendapatkan jadwal untuk menarik pinjaman, namun hal itu tidak direalisasikan. Mereka adalah perusahaan negara yang cukup besar seperti Pertamina, KAI, PLN, BTN dan beberapa BPD.
"Dari Pertamina, KAI, PLN, dan beberapa BPD, termasuk juga BTN. Kelihatannya mereka kebanjiran uang jadi mereka mengembalikan di ujung tahun," tambahnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.