Miliarder pendiri aplikasi pesan singkat KakaoTalk Kim Beom Su berjanji untuk menyumbangkan separuh lebih kekayaannya untuk membantu memecahkan permasalahan sosial.
Kekayaan pria tersebut saat ini mencapai US$ 9,4 miliar, dan separuhnya alias US$ 4,7 miliar akan disumbangkan yang nilainya setara Rp 65 triliun (kurs Rp 13.993/US$).
Janji untuk mendonasikan sebagian hartanya diketahui dari pesan yang baru-baru ini dikirim ke karyawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya telah berjanji untuk menyumbangkan lebih dari setengah aset saya sepanjang hidup saya untuk menyelesaikan masalah sosial," tulisnya dilansir dari Nextshark, Kamis (11/2/2021).
Meskipun detail donasinya masih pada tahap awal, Kim berencana untuk membuat janji resmi untuk menemukan dan membantu orang-orang yang kesulitan untuk memecahkan masalah sosial.
Janji Kim untuk menyumbangkan setengah dari kekayaannya menggemakan elemen inti Giving Pledge, sebuah inisiatif filantropis yang didirikan oleh Bill Gates, Melinda Gates, dan Warren Buffett.
KakaoTalk, yang merupakan aplikasi perpesanan paling populer di Korea Selatan setidaknya mengalami peningkatan pengguna. Itu disebabkan penerapan jarak sosial (social distancing) dan peraturan COVID-19.
Sekilas tentang Kim Beom-su, dia berasal dari lingkungan berpenghasilan rendah, dan dia adalah orang pertama dari delapan bersaudara yang kuliah di universitas. Dirinya membayar pendidikannya menggunakan uang yang dia peroleh dari les.
Kim pertama kali bekerja di Samsung untuk mengembangkan layanan komunikasi online, tetapi dia meninggalkan raksasa teknologi itu setelah lima tahun untuk membuka kafe internet tempat dia mengembangkan permainan kasino online.
Baca juga: Orang China Tidak Suka Pakai Email, Mengapa? |
Kim menemukan kesuksesan dalam bisnis ini dan bergabung dengan Naver untuk membuat NHN, perusahaan internet terbesar di Negeri Ginseng tersebut.
Lalu, Kim pindah ke Silicon Valley pada tahun 2007 dan mulai mengembangkan aplikasi untuk iPhone Apple.
Kim kemudian mendirikan KakaoTalk pada tahun 2010. Aplikasi ini menjadi populer di Korea Selatan, dan sekitar tiga perempat populasi negara itu sekarang menggunakan aplikasi tersebut untuk komunikasi.
(toy/zlf)