Viral #SellerAsingBunuhUMKM, Ini yang Harus Dibenahi dari Aturan Impor RI

Viral #SellerAsingBunuhUMKM, Ini yang Harus Dibenahi dari Aturan Impor RI

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Minggu, 21 Feb 2021 19:56 WIB
Ilustrasi Belanja Online
Foto: shutterstock
Jakarta -

Tagar #SellerAsingBunuhUMKM di media sosial Twitter sempat ramai selama seminggu belakangan. Di balik ramainya tagar itu, ternyata ada nama Mr Hu yang disebut sosok penjual dari China yang mengancam keberlangsungan UMKM Indonesia.

Sosok itu disebut menjual barang-barang keperluan sehari-hari dengan harga yang sangat murah daripada produk UMKM lokal. Informasi yang beredar, Mr. Hu itu merupakan importir asing yang berjualan di marketplace Shopee.

Netizen sudah sejak lama dibuat penasaran dengan sosok Mr. Hu ini sebab setiap membeli barang dari Tiongkok, nama pengirim dan alamat selalu sama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira kejadian macam Mr. Hu ini, di mana arus barang impor lancar masuk dari laman e-commerce, disebabkan oleh regulasi impor yang terlalu lama.

Dari fenomena ini, Bhima mengingatkan agar porsi impor barang di platform e-commerce ikut diatur oleh pemerintah jumlahnya.

ADVERTISEMENT

"Misalnya keluarkan dong regulasi maksimal 30% barang impor by country origin di e-commerce. Tapi tidak pernah ada regulasi yang tegas." kata Bhima dalam keterangannya, Minggu (21/2/2021).

Bhima mengatakan pemerintah ingin mendorong UMKM masuk platform digital, namun di sisi lain usaha kecil kalah saing dengan perang harga barang impor yang masih terlalu dibebaskan. Hal tersebut akan membuat UMKM lokal ngos-ngosan.

"Cepat atau lambat barang impor yang sudah dominan di platform e-commerce makin diberi ruang. Kalau dulu orang impor prosesnya susah sekarang tinggal duduk manis. Barang dari China door to door sampai di depan pintu konsumen Indonesia," kata Bhima.

Di sisi lain peneliti ekonomi INDEF Nailul Huda, menilai pasar domestik Indonesia sangat menarik bagi tiap pelaku e-commerce. Dengan pertumbuhan kelas menengah, generasi gadget yang sangat pesat dan haus akan diskon produk ditangkap oleh produsen China untuk menjual produknya langsung ke konsumen di Indonesia.

"Sekarang juga pengiriman lebih murah dan ada diskon ongkir dari platform. Harga produksi yang murah dan ongkir yang murah merupakan kombinasi yang pas buat costumer Indonesia," jelas Huda.

Efek negatifnya, ada ketidakseimbangan persaingan antara produsen di China yang sudah besar dan efisien dengan pelaku UMKM yang rata-rata tidak sebesar dan seefisien produsen asal negeri tirai bambu itu.

Praktik ini lama kelamaan akan semakin menggerus pangsa pasar UMKM lokal yang saat ini pun sangat rendah. UMKM tidak dapat lagi bersaing. Akibatnya banyak UMKM yang tidak turun menjual ke platform e-commerce.

"Di saat sudah tidak ada lagi pesaing lokal, harganya lama kelamaan bisa naik dan membebankan ke konsumen. Praktik ini termasuk praktik tidak sehat," tegas Huda.




(hal/dna)

Hide Ads