Banyak anak muda yang menganggap kerja jadi petani atau di sektor pertanian itu kotor dan kurang menghasilkan. Hal itu juga yang dirasakan Dede Koswara (32), petani dari Desa Cukanggenteng, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung saat awal-awal bergelut di bidang ini.
Usai lulus SMK jurusan otomotif, Dede mengaku lebih memilih meneruskan usaha dari orang tuanya, yaitu berkebun hingga ke pasar menjual sayuran yang dipanennya. Kini setelah 10 tahun lebih merasakan suka dan duka bergelut di bidang ini, Dede merasakan hasilnya.
"Kebanyakan anak muda (memandang) jadi petani kotor, jadi lihatnya megang cangkul, padahal nggak seperti itu. Saya juga awalnya gengsi, kita ke kebun tuh yang orang lain teman seangkatan biasanya main di Bandung di mal, (kerja) di dealer gitu yah, kelihatannya nyaman, tapi hatinya tetap di bawah telunjuk orang lain," ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Saya kotor dulu, tapi setelah kita merasakan hasilnya jadi pd. Jadi bangga tersendiri ke sayanya punya hasil lebih di orang lain. Buat anak muda kedepannya, jangan malu buat bertani, hasilnya nggak rendah lah, kalau kita hasil bisa lebih banyak," imbuhnya.
Ia yang juga ketua gabungan kelompok tani (gapoktan) Regge Generation yang terdiri dari 2.100 anggota tersebut mengelola lahan kurang lebih 350 hektare. Setiap hari gapoktan ini bisa memproduksi dan mengirim 40 hingga 65 ton sayuran hortikultura (kol, tomat, dan didominasi labu) ke pasar induk yang ada di Bandung, Tangerang, Bogor, hingga Cirebon.
"Perputaran uangnya per hari yah 50 sampai 100 juta, kotornya, omzet. Kalau tonase barang, rata-rata 40 ton, puncaknya nyampe 65 ton, kemarin sudah nyampe 55 ton. Armada yang berangkat ada engkol 3, doublenya 2, 2 L300," ujarnya.
Menurut Dede Regge, panggilan akrabnya, bergelut di usaha sayuran bukan berarti tak punya resiko. Bukan sekali dua kali ia pernah merugi karena sayurannya tak laku. Ia bahkan mengatakan rugi tersebut sudah menjadi kebiasaan.
"Kalau rugi sudah resiko, sudah kebiasaan, sudah pekerjaan tiap hari mah sudah biasa. Di sayuran tuh kalau itung-itungan hasil nggak kaya (kerja jadi) PNS lah, misalnya per bulan (digaji) sekian. Kalau di sayuran tuh 2 kali 2 bisa 10, bisa 7, bisa minus malah," ujarnya.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di sini.
(akd/ara)