Daya Saing Turun, Pabrik di Batam Banyak Tutup

Daya Saing Turun, Pabrik di Batam Banyak Tutup

- detikFinance
Senin, 20 Feb 2006 16:02 WIB
Jakarta - Daya saing perusahaan di Batam mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir. Kondisi daerah itu sebagai kawasan berikat plus yang belum maksimal menjadi penyebabnya.Menurut Ketua Kadin Daerah (Kadinda) Batam, Nada Safaza Soraya, dalam waktu 5 tahun terakhir terjadi penurunan daya saing Batam.Hal ini berdasarkan temuan kualitatif di lapangan berkaitan banyaknya sejumlah pabrik tutup atau melakukan relokasi ke negara lain. Permenkeu No. 60/PMK.04/2005 dinilai tidak kondusif bagi neraca perdagangan Batam.Didepan raker dengan Komisi VI DPR, Senin (20/2/2006), Nada memaparkan, ada 5 industri penanaman modal asing (PMA) yang melakukan relokasi ke luar Batam.Perusahaan itu adalah PT Dynacs Digital Studio yang merekolasi ke India. PT JST dan PT ABB ke Jakarta. PT Viking Life Saving, PT Kyocera Indonesia dan PT GMAC Batam ke Thailand. PT Toyoplas Industries Indonesia dan PT Techtronic Appliances ke Tiongkok. Sedangkan tempat yang tidak diketahui relokasinya adalah PT SES Batam Indonesia, PT Indonesia Toyo Denshi.Pembatalan realisasi investasi ada dua perusahaan yaitu PT NSG dan PT Chammam Indonesia Tunisian Textile and Trade.Sementara penundaan realisasi investasi adalah PT AKS, PT Electornic Assebling Indonesia, PT Filter Indonesia Tbk, PT Kiki Aditama wijaya, Pt Niaga Sakti , PT Sentosa Makmur Indonesia.Serta terjadi penutupan usaha yakni, CV Batam Knitting Factory, PT Kyoda Electronics Indonesia (PMA), PT Galaxy Batam (PMA), PT Lucent Technlogies Network System Indonesia, PT Koindo Megatron Sejati, PT OKI Electric Cable Batam (PMA), PT Tanjung Harapan Sentra Nusa dan PT Tyco Precission Engeneering.Sedangkan data anggota kaki lima di Batam pada tahun 2005 hanya tercatat 2.000 pedagang, padahal tahun sebelumnya mencapai 3.500 kaki lima. Jumlah uang yang dibelanjakan wisatawan asing tumbuh negatif menjadi minus 10,1 persen tahun 2003. Padahal saat itu jumlah wisatawan positif naik 16,7 persen, sehingga belanja wisatawan keseluruhan merosot minus 22,9 persen di tahun 2003.Sementara Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, membantah pelaksanaan Permenkeu No. 60/PMK.04/2005 akan menurunkan daya saing industri Batam. Pasalnya, penetapan Batam sebagai bonded zone plus baru berjalan empat bulan sehingga tidak bisa dikaitkan dengan penurunan daya saing itu."DPR saja suah paham pelaksanaan bonded zone plus baru berjalan 4 bulan. Jadi belum ada kesimpulan sampai sejauh itu," ujar Mari. Sebaliknya, ungkap Mari, bonded zone plus menjawab ketidakpastian investor karena banyaknya kemudahan-kemudahan yang dijamin.Permenkeu No. 60/PMK.04/2005 justru akan memberikan sejumlah fasilitas pabean dan fiskal, termasuk di dalamnya kemudahan perizinan, khusus untuk kawasan industri Batam, Bintan dan Karimun. (ir/)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads