Kilauan emas sudah mulai pudar. Belakangan ini harga emas terus berada dalam tren penurunan dan sudah jauh meninggalkan posisi tertingginya.
Jika mengacu pada harga emas Antam, harga emas sempat menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah Rp 1.065.000 per gram di 7 Agustus 2020. Sementara hari ini harga emas Antam sudah berada di level Rp 938.000 per gram atau sudah turun Rp 127.000 per gramnya.
Direktur TFRX Garuda Berjangka menilai secara jangka menengah dan panjang emas memang dalam tren pembelahan. Meskipun dalam jangka pendek masih ada sedikit peluang kenaikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk tren negatif berkepanjangan ini lebih disebabkan karena faktor pendorong harga emas selama ini akan segera memudar. Faktor pendorong itu tidak lain dan tidak bukan adalah pandemi COVID-19.
Goncangan ekonomi yang terjadi selama pandemi membuat para investor memilih emas untuk mengamankan nilai asetnya. Sementara saat ini sudah banyak negara melakukan vaksinasi dengan harapan ekonominya segera pulih.
Ketika ekonomi mulai pulih maka investor mulai mencari instrumen investasi yang bisa memberikan capital gain yang lebih cepat dan besar. Oleh karena itu kata Ibrahim, saat ini instrumen investasi seperti saham dan obligasi kembali diminati.
"Jadi sebaiknya pindahkan ke saham dan obligasi. Terutama ke saham-saham bluechip, bisa saja saham perbankan," tuturnya saat dihubungi detikcom, Rabu (24/2/2021).
Jika dilihat dari tren harga emas dunia memang hari ini naik tipis 0,06% ke posisi US$ 1.807 per ons. Menurut Ibrahim tren positif jangka pendek ini akan mendorong harga emas ke level US$ 1.900 per ons.
Namun secara jangka menengah dan panjang harga emas akan kembali lagi ke zona merah. Bahkan menurut Ibrahim harga emas bisa menyentuh level US$ 1.600 per ons.
Lanjut ke halaman berikutnya
Saksikan juga 'Saran Perencana Keuangan Aidil Akbar Jika Rugi Investasi Saham':
Oleh karena itu jika tetap ingin membeli emas dia menyarankan agar membelinya di level US$ 1.600 per ons atau Rp 800.000 per gram.
"Kalau mau beli di harga itu. Kapan? bisa saja terjadi di akhir kuartal 1 tahun ini Maret. Tapi kalau Maret tidak sampai level itu bisa saja di kuartal 2 tahun ini," terangnya.
Untuk Bitcoin, Ibrahim tidak menyarankan. Meski saat ini dalam tren positif, namun menurutnya harganya sudah terlalu mahal sehingga sangat berisiko. Lagi pula jika belum paham mengenai Bitcoin lebih baik dihindari.