Pesanan Bilik Bambu Meningkat Saat Musim Banjir, Kok Bisa?

Pesanan Bilik Bambu Meningkat Saat Musim Banjir, Kok Bisa?

Yudistira Imandiar - detikFinance
Jumat, 26 Feb 2021 13:43 WIB
Di tengah modernisasi, ternyata masih ada perajin bilik bambu yang masih bertahan. Salah satunya Herman Kosasih, warga Desa Sukawening, Ciwidey, Bandung, Jawa Barat.
Foto: Agung Pambudhy
Kabupaten Bandung -

Bilik bambu biasanya digunakan untuk dinding bangunan. Di samping itu, anyaman bambu ini juga bisa dimanfaatkan untuk menjadi pelapis tanggul air sungai atau bendungan. Oleh karena itu, pesanan bilik bambu meningkat pesat di kala curah hujan tinggi untuk antisipasi banjir.

Salah satu perajin bilik bambu di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Herman Kosasih, mengatakan ia kerap mendapatkan pesanan bilik bambu dari pembangunan tanggul air. Bilik bambu menjadi salah satu lapisan selain karung pasir, dan tiang-tiang bambu. Bilik bambu dipasangkan ke tiang bambu yang dipatok ke tanah.

Saat banjir, Herman mengatakan pesanan bilik bambunya meningkat. Pesanan biasanya datang dari daerah Karawang, Bekasi, hingga Tangerang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria yang sudah merintis usaha bilik bambu sejak tahun 2000 ini menerangkan, bilik bambu polos atau disebut 'daging' digunakan untuk tanggul banjir. Bilik bambu ini terbuat dari bambu betung yang terbilang kokoh. Satu lembar bilik bambu polos berukuran 2,5 x 2 meter dijual seharga Rp 20 ribu. Bahan baku bambu diperoleh Herman dari rekanan di Cianjur Selatan. Sementara untuk bilik bambu bermotif dijualnya seharga Rp 150 ribu.

"Bambu daging ini kebanyakan digunakan untuk banjir. Kalau habis banjir gini biasanya pesanan ada saja," kata Herman kepada detikcom beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT
Di tengah modernisasi, ternyata masih ada perajin bilik bambu yang masih bertahan. Salah satunya Herman Kosasih, warga Desa Sukawening, Ciwidey, Bandung, Jawa Barat.Di tengah modernisasi, ternyata masih ada perajin bilik bambu yang masih bertahan. Salah satunya Herman Kosasih, warga Desa Sukawening, Ciwidey, Bandung, Jawa Barat. Foto: Agung Pambudhy

Herman menguraikan dalam seminggu normalnya ia bisa memproduksi 600-an lembar bilik bambu, terdiri dari 150 bilik bambu motif (untuk dinding bangunan) dan 450 bilik bambu polos. Herman tak punya angka pasti berapa tambahan pesanan yang datang jika banjir datang. Namun ia memperkirakan produksi bambu polos bisa bertambah lebih dari 100 lembar dalam sepekannya.

"(Pesanan untuk tanggul) banjir kebanyakan Karawang, Bekasi, ada juga ke Balaraja. Buat tahanan tanggulnya lebih kuat dari kayu," kata Herman.

Herman tak mengungkap secara gamblang ihwal pendapatan bersihnya per bulan. Ia hanya menyingkap dalam sepekan omzet dari penjualan bilik berkisar Rp 30 juta atau jika diakumulasi mencapai Rp 120 jutaan sebulan dengan jumlah pesanan normal di hari biasa. Jumlah tersebut dipotong biaya modal bambu dan ongkos produksi.

Di tengah modernisasi, ternyata masih ada perajin bilik bambu yang masih bertahan. Salah satunya Herman Kosasih, warga Desa Sukawening, Ciwidey, Bandung, Jawa Barat.Di tengah modernisasi, ternyata masih ada perajin bilik bambu yang masih bertahan. Salah satunya Herman Kosasih, warga Desa Sukawening, Ciwidey, Bandung, Jawa Barat. Foto: Agung Pambudhy

Untuk mengembangkan usahanya, Herman terbantu dengan fasilitas KUR dari BRI. Ia mengajukan pinjaman Rp 100 juta untuk kebutuhan pengembangan usaha, antara lain membeli bahan baku, membayar biaya produksi, dan sebagainya.

detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.




(prf/hns)

Hide Ads