Sementara itu, mobil bisa digunakan sebagai alat investasi jika digunakan sebagai alat bisnis, bukan kendaraan pribadi.
"Kecuali kalau kendaraan itu mau digunakan sebagai angkutan online, atau untuk pengangkutan barang kebutuhan bisnis, bisa menghasilkan uang, oke lah itu bisa digunakan sebagai alat investasi, sebagai alat untuk mendapat penghasilan," terang dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, risikonya ketika kendaraan itu dijual lagi, harganya dipastikan jatuh. "kendaraan bermotor kalau kita jual lagi ya harganya pasti akan jatuh juga," tutur Andy.
Dihubungi secara terpisah, Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Asad mengatakan, membeli emas batangan Antam untuk investasi memang bagus ketika harganya jatuh. Namun, ia menyarankan investasinya untuk jangka panjang.
"Karena kalau jual-beli emas kan ada harga beli dan harga buyback, dan trennya juga masih belum jelas apakah turun terus, ataukah naik lagi. Memang diniatkan kalau emas setidaknya untuk investasi 3 tahun ke depan. Akan ada peningkatan dari harga sekarang," jelas Tejasari kepada detikcom.
Begitu juga dengan properti. Menurutnya, saat ini adalah waktu yang tepat berinvestasi di properti ketika ada stimulus DP KPR bisa sampai 0%, dan banyak penawaran menarik.
"Apalagi harga properti kan sekarang lagi bagus nih, lagi murah karena masa pandemi juga developer-developer lagi banyak penawaran. Jadi kalau yang tertarik untuk investasi di properti juga bagus bisa untuk mulai sekarang. Tapi balik lagi properti untuk jangka panjang," paparnya.
Sama seperti Andy, untuk kendaraan menurutnya bisa digunakan sebagai investasi jika digunakan untuk alat berbisnis. Namun, risiko bisnisnya tak berjalan masih membayangi di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi COVID-19.
"misalnya kita beli mobil pick-up, lalu kita buka bisnis angkutan barang, itu kan memberikan income, memberikan hasil. Itu juga misalnya kita sewakan mobilnya. Atau beli mobil untuk taksi online, nah itu sebagai barang investasi, itu juga boleh asal hasilnya bisa untuk membayar cicilannya. Jadi ada kesempatan untuk mulai berusaha. Tapi tetap saja yang namanya bisnis itu kan ada risiko. Misalnya kita beli mobil pick-up, mau disewakan, eh ternyata tidak ada yang sewa. Nah kita harus bayar cicilannya bagaimana?" jelas Tejasari.
Oleh sebab itu, jika ingin membeli mobil dengan memanfaatkan stimulus PPnBm dan digunakan sebagai investasi, orang tersebut sudah harus memiliki kepastian dana mencicil kredit mobil tersebut.
"Jadi harus pastikan ke depannya itu kalau terjadi misalnya digunakan untuk taksi online lagi sepi, nah itu bayar cicilannya dari mana? Jadi memang sudah harus ada cash flow budget untuk membayar cicilan itu, seolah-olah investasi yang menghasilkan kalau mobil. Karena kalau digunakan secara pribadi hanya sekadar aset. Tapi kalau digunakan untuk bisnis, ya bisa sebagai investasi," pungkasnya.
(vdl/fdl)