Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan luas panen padi pada periode Januari-April 2021 mencapai 4,86 juta hektare atau naik sebesar 26,53 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan tersebut didukung tren positif pada panen raya di awal tahun.
Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir Hermanto Siregar menilai prakiraan PBS itu sangat masuk akal, mengingat areal tanam di musim ini maupun di musim sebelumnya dialiri curah hujan yang cukup, sehingga proses produktivitas tanaman berjalan secara baik.
"Prakiraan BPS itu sangat wajar karena triwulan I tahun 2021 panen padi akan cukup signifikan. Hal ini karena dua bulan terakhir tahun 2020 areal-areal padi kita mendapat curah hujan yang cukup memadai. Namun demikian, puncak panen padi akan terjadi pada triwulan II tahun 2021," kata Hermanto dalam keterangan tertulis, Jumat (5/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hermanto memandang Kementan mampu melakukan upaya mitigasi dan pengendalian cuaca ekstrem, sehingga produksi padi pada setiap musim tanam selalu menunjukkan hasil positif
"Di era pandemi yang belum pasti kapan berakhir ini, berbagai risiko memang harus diantisipasi. Nah, kebijakan Kementan dan kesadaran para petani adalah bekal penting untuk menjaga kondisi musim tanam di tahun 2021. Secara keseluruhan saya menilai produksi padi kita mengalami peningkatan yang cukup baik," jelas Hermanto.
Ia menyebut kebijakan Kementan dalam menjaga produksi padi sudah tepat, terutama dalam pengadaan benih unggul, penggunaan alat mesin pertanian hingga menyiapkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) sebagai jaminan dan perhatian terhadap nasib dan kesejahteraan para petani.
"Kondisi pandemi sejak tahun lalu sudah terbukti disikapi dengan baik oleh Kementan, yaitu dengan kebijakan yang mendorong petani meningkatkan produksi. Dari pihak petani juga ada kesadaran akan pentingnya menjaga ketahanan pangan, terutama di level rumah tangganya sendiri," jelas Hermanto.
Berdasarkan catatan BPS, di tahun 2020 produksi beras tahun 2020 mencapai 54,65 juta ton. Angka ini masih lebih tinggi ketimbang angka tahun 2019 yang hanya mencapai 54,60 juta ton. Adapun total luasan panen pada tahun 2020 mencapai 10,66 juta hektar.
Wilayah Jawa Timur dan Provinsi lainnya seperti Sulawesi dan Jawa Barat menjadi sentra terbesar produksi padi pada tahun.
Hermanto menyampaikan tiga masukan penting yang harus dilakukan pemerintah agar prakiraan kenaikan produksi dapat diwujudkan. Pertama, pemerintah perlu memastikan ketersediaan pupuk di level petani. Kedua, lahan usaha tani non-sawah harus ditanami dengan padi ladang atau jenis lain yang sesuai, sehingga usaha tani padi non-sawah mampu dikerjakan secara optimal.
"Ketiga, penyuluhan atau pemberdayaan petani harus dilaksanakan lebih efektif untuk mendorong Kostratani bekerja secara riil dan dapat meningkatkan ketahanan pangan serta kesejahteraan petani," imbuhnya.
(mul/ega)