Ikan seriding atau Ambassis Nalua menjadi salah satu ikan yang kerap didapat oleh para nelayan pesisir Demak. Ukurannya kecil berwarna keperakan dan transparan menjadikan ikan tersebut kerap dijadikan pakan ternak sehingga seringkali tak laku di pasaran.
Namun di tangan orang-orang kreatif, ikan tersebut disulap menjadi sebuah makanan yang memiliki nilai tambah dan mampu meningkatkan taraf ekonomi. Adalah Hidayah (42) perempuan asal Desa Morodemak, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, yang mengolah ikan tersebut.
Dayah merupakan Koordinator Puspita Bahari, yakni sebuah komunitas perempuan nelayan yang memiliki misi kemandirian ekonomi. Lewat komunitas tersebut, ia belajar banyak tentang bagaimana mengolah ikan yang tak laku menjadi makanan ringan krispi yang diminati pasar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya saya memilih olahan ikan ini, karena pertama gizinya tinggi untuk anak-anak. Tapi kebanyakan tidak mau makan ikan ini kalau belum diolah. Tapi jika sudah jadi stick, kerupuk, krispi, mereka makannya senang," ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Dayah mengaku mendapat bahan baku ikan seriding untuk diolah kembali hasil membeli dari para nelayan, baik itu nelayan perempuan maupun laki-laki. Namun, ia tidak bisa merinci berapa modal yang dibutuhkan untuk setiap produksi hasil olahannya ini.
"Bahan ikan seriding ini saya ambil dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan), harga ikan basahnya sekarang Rp 10.000/kg dan ketika sudah diolah harganya jadi Rp 100.000/kg," ungkapnya.
Lebih lanjut, kata Dayah, ikan seriding basah tersebut diolah dengan cara digoreng menggunakan bumbu-bumbu dan tepung sampai kering. Setelah itu, ikan yang sudah digoreng ditempatkan ke dalam kemasan plastik berukuran 85 gr - 100 gr dan diberi merek Puspita Bahari.
![]() |
Dia mengaku dari 1 kg ikan seriding tersebut ia bisa mengemas hingga puluhan kemasan yang dipasarkan di alun-alun dekat Masjid Agung Demak serta Rumah BUMN, sebuah tempat yang menampung produk unggulan UMKM di Demak dengan harga Rp 15-20 ribu per pcs nya. Adapun omzet yang di dapat cukup menggiurkan.
"Dalam sehari pendapatan (dari olahan ikan ini) sekitar ratusan ribu lebih kalau sebulan bisa Rp 3 jutaan itu belum kepotong makan," jelasnya.
Sementara itu, Pendiri Puspita Bahari Masnuah menambahkan usaha pengolahan ikan seriding tersebut merupakan satu dari 4 sentra yang dijalankan oleh Puspita Bahari yang bertujuan untuk pemberdayaan ekonomi perempuan nelayan. Menurutnya, pengolahan ikan tersebut juga tidak hanya memberi keuntungan bagi pelaku UMKM tapi juga para nelayan.
"Misalnya ikan seriding segar yang dulu tak diperhitungkan, tak laku, kini menjadi rebutan para nelayan dengan harga Rp 10-14 ribu/kg. Padahal seriding segar dulu harganya hanya Rp 1.000 - Rp 2.000 karena hanya untuk pakan ternak bebek," ungkapnya.
"Jadi ikan ini sekarang harganya membantu ekonomi nelayan juga, nelayan tangkap dulu kan rugi kalau ikan ini nggak laku, dengan adanya ikan ini dibuat makanan seperti ini, sehingga bukan Puspita Bahari saja yang mengolah ikan ini, tapi nelayan juga merasa diuntungkan juga dari kenaikan ikan ini yang sekarang sampai Rp 14 Ribu per satu kg nya," jelasnya.
Diketahui, Puspita Bahari merupakan salah satu kelompok yang aktif mendapatkan pelatihan usaha dari Rumah BUMN BRI. Selain itu, Bank BRI juga terus mendukung pemberdayaan ekonomi perempuan nelayan dengan cara menyalurkan CSR berupa peralatan antara lain seperti spinner, sealer, kompor hingga wajan serbaguna.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
(akn/hns)