Impor gandum yang tinggi karena masyarakat Indonesia yang doyan makan mi instan. Hal itu terungkap dalam rapat antara Badan Legislasi DPR dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Selasa (16/3/2021)
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pemerintah harus melakukan diversifikasi pangan dengan cara meningkatkan produksi yang menjadi bahan baku mie isntan. Tujuannya tentu menurunkan impor tersebut.
"Bahwa diversifikasi kita itu mungkin dalam tanda petik itu perlu diluruskan, karena ketergantungan kita pada gandum terutama pada mi instan sangat tinggi," ucapnya dalam rapat dengan Badan Legislasi (Baleg) DPR RI, Selasa (16/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suhariyanto menjabarkan, impor gandum di 2020 mencapai 10,2 juta ton dengan nilai US$ 2,6 miliar. Sementara untuk tahun ini hingga Februari 2021 impor gandum mencapai 1,6 juta ton senilai US$ 463 juta.
Selain gandum, Indonesia juga masih doyan impor kedelai. Total impor kedelai di 2020 mencapai 2,47 juta ton dengan nilai US$ 1 miliar.
Kemudian disusul impor garam sebanyak 2,6 juta ton dengan nilai US$ 94 juta. Impor jagung 805,6 ribu ton senilai US$ 172,6 miliar, impor bawang putih 594,2 ribu ton senilai US$ 598 juta dan impor daging jenis lembu sebanyak 167,12 juta ton senilai US$ 587 juta.
Simak juga 'Kelezatan Mi Khodon Khas Lampung yang Legendaris':