Ahmad Sahroni saat ini telah bisa disebut Sultan Priok, panggilan untuk orang yang bergelimang harta. Dia memang menjadi salah satu orang paling tajir di wilayah rumahnya. Meski sudah memiliki semuanya, namun dia tetap tinggal di daerah gang sempit.
Perjalanan hidup Sahroni terbilang tidak mudah, banyak kejadian yang dilalui hingga dijadikan sebagai pengalaman hidup. Dia pun menjadikan semua pelajaran hidup sebagai bekal untuk mencapai kesuksesannya seperti sekarang ini.
Pria berusia 44 tahun ini memiliki banyak koleksi yang harganya setinggi langit, mulai dari super car seperti Ferarri hingga jam tangan Richard Mille. Saat ini, dia sedang mengoleksi mobil-mobil tua yang dulu sempat menghiasi masa mudanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengaku, rahasia kesuksesannya berasal dari pengalaman hidup yang selama ini dijalani. Mulai dari tukang ojek payung, sopir bos BBM, hingga kerja di kapal pesiar.
"Dari situlah proses perjalanan," kata Sahroni.
Sampai akhirnya dia memiliki perusahaan BBM dan menjadi mitra salah satu instansi pemerintahan. Di sinilah pria yang akrab disapa Roni mengumpulkan pundi-pundi keuntungan sehingga akhirnya menjadi sultan Priok.
Selain pelajaran hidup, rahasia kesuksesan seorang Sahroni juga karena dibekali petuah sang nenek. Petuah itu sampai saat ini masih dipegangnya.
"Petuahnya dari almarhum nenek gw sih, biar miskin, jelek tapi minimal punya akhlak. Itu pedoman nenek gw banget. Makanya sekarang gw pakai pedoman itu, alhamdulillah sampai hari ini walaupun gw kerja dalam suasana yang bos gw doyan minum, kokain, narkoba dan segala macam alhamdulillah gw belom pernah ngerasain rokok, alkohol, belum pernah, dan itu gw jaga banget," katanya.
Tidak sampai di situ, Sahroni juga memiliki kebiasaan berbagi dengan para yatim piatu. Serta anggapan orang yang sebelah mata dijadikannya sebagai motivasi untuk menjadi seorang sultan Priok.
"Motivasinya kalau orang sudah menganggap kita kecil, anggap kita remeh, tapi kan bukan berarti berbalas dendam seolah-olah memperlihatkan, tidak. Tapi itu, memotivasi kita bahwa kita mampu, kita bisa," ujarnya.
(hek/zlf)