Awal pekan ini terjadi penembakan massal di Boulder dan Atlanta, Amerika Serikat (AS) yang menewaskan 18 orang. Pemerintah AS pun mendesak agar regulasi penggunaan senjata yang lebih ketat. Sementara, industri senjata AS memprediksi akan adanya lonjakan penjualan setelah peristiwa itu.
"Ketika Anda mendengar lebih banyak seruan untuk pembatasan senjata api, kami telah mengamati peningkatan penjualan senjata terutama dari orang yang membeli sebelum mereka tidak dapat melakukannya," kata Pendiri Firma Riset Pasar Southwick Associates, Rob Southwick, dikutip dari CNN, Kamis (25/3/2021).
Namun, menurut pakar industri belum bisa diketahui pasti seberapa peningkatan penjualan senjata api usai peristiwa tersebut. Tetapi, dealer dan produsen senjata memprediksi adanya lonjakan permintaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu disebabkan adanya rencana pemerintah yang akan memperketat peredaran senjata api di AS. Ketakutan akan pembatasan di masa mendatang mendorong pemilik senjata untuk menimbun senjata.
Presiden AS Joe Biden pun telah meminta Kongres untuk mengesahkan undang-undang pengendalian senjata secepatnya untuk menyelamatkan industri dan masyarakat di masa depan. Biden juga menyampaikan larangan senjata serbu dan magasin berkapasitas tinggi, serta memperkuat sistem pemeriksaan latar belakang dengan menutup celah.
"Saya tidak perlu menunggu satu menit lagi, apalagi satu jam, untuk mengambil langkah-langkah yang masuk akal yang akan menyelamatkan nyawa di masa depan," kata Biden.
Sebelumnya, penjualan senjata melonjak pada Januari 2013 dalam beberapa minggu setelah penembakan sekolah dasar Sandy Hook yang menewaskan 27 orang, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak. Pada saat itu, mantan Presiden Barack Obama mendorong tindakan pengendalian senjata federal yang lebih ketat yang akhirnya terhenti di Senat AS.
Tidak sampai di situ, penjualan senjata juga melonjak pada 2017. Itu terjadi setelah peristiwa pembantaian Las Vegas yang menewaskan 58 orang pada Oktober 2017. Atas peristiwa itu mantan Presiden Donald Trump bersumpah untuk melarang bump stock atau menembakkan senapan semi-otomatis secara terus menerus dengan satu tarikan pelatuk.
Selanjutnya, penjualan senjata api naik 12,6% dari tahun ke tahun pada Februari 2018 setelah peridtiwa pembantaian Sekolah Menengah Marjory Stoneman Douglas di Parkland, Florida.
Juru Bicara National Shooting Sports Foundation (NSSF), sebuah kelompok perdagangan industri senjata, Mark Oliva mengatakan produsen senjata telah bekerja dengan pejabat pemerintah dalam sejumlah tindakan yang dimaksudkan untuk mencegah senjata jatuh ke tangan yang salah.
Dia mengatakan NSSF membantu meyakinkan anggota parlemen di 16 negara bagian untuk memasukkan catatan kesehatan mental yang akan mendiskualifikasi pelanggan dari membeli senjata api sebagai bagian dari pemeriksaan latar belakang senjata wajib masing-masing negara bagian.
Namun, pendukung kontrol senjata berpendapat penyakit mental bukanlah faktor utama dalam kekerasan senjata, dan pemerintah harus bertindak untuk menerapkan undang-undang yang lebih ketat yang mencegah penembakan.