Potensi lonjakan inflasi di Amerika Serikat (AS) telah diprediksi usai Presiden AS Joe Biden menggelontorkan stimulus Corona senilai US$ 1,9 triliun. Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS mengungkap beberapa barang konsumen di AS disebut telah mengalami lonjakan.
Mengutip dari CNN, Rabu (14/4/2021) Harga konsumen untuk Maret naik 2,6% dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Secara khusus harga energi yang tercatat melonjak, termasuk biaya bensin yang naik 22,5% selama setahun terakhir. Sementara harga minyak telah menurun sejak tahun lalu dan belum mencapai harga normal. Sedangkan harga makanan naik 0,1% bulan lalu.
Harga mobil dan truk bekas naik 0,5% pada Maret, menandai kenaikan bulanan pertama sejak Oktober 2020. Secara tahun ke tahun, harga kendaraan bekas masih naik 9,4%.
Biaya transportasi lainnya termasuk tarif penerbangan dan angkutan umum juga melonjak 1,8% setelah mengalami penurunan selama tiga bulan berturut-turut. Kenaikan tersebut sebagian besar didorong oleh kenaikan harga sewa mobil dan asuransi mobil.
Baca juga: IHSG Dibuka Cerah, Coba Dekati Level 6.000 |
Ekonom memperkirakan inflasi akan terus memanas selama bulan-bulan musim panas, terutama karena orang-orang mulai melakukan perjalanan lagi. Laporan inflasi harga produsen pekan lalu, yang mengukur perubahan harga jual barang dan jasa, juga berada di atas ekspektasi.
Harga-harga barang naik karena negara mulai melakukan pembukaan kembali setelah peluncuran vaksin COVID-19. Hal itu akan membantu meningkatkan permintaan konsumen.
Inflasi yang lebih tinggi merupakan pertanda baik untuk pemulihan ekonomi. Tetapi investor khawatir lonjakan harga yang tiba-tiba akan memaksa Federal Reserve untuk menyesuaikan kebijakan moneter lebih cepat dari yang diharapkan, yang akan menjadi berita buruk bagi pasar saham.
Baca juga: IHSG Dibuka Cerah, Coba Dekati Level 6.000 |
Simak juga 'Reaksi Dwayne Johnson 'The Rock' Didukung Jadi Presiden AS':