Belakangan ini, harga daging sapi di pasar naik signifikan. Kejadiannya selalu terjadi menjelang bulan puasa. Namun, pihak Kementerian Perdagangan menilai naiknya harga daging sapi disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya kondisi di Australia.
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengungkapkan beberapa alasan tingginya harga daging sampai di pasar. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga daging sapi berada di level Rp 124.200 ribu per kg.
Angka tersebut mengalami peningkatan sekitar Rp 1.800 per kg jika dibandingkan dengan posisi 15 Maret 2021 yang berada di level Rp 122.400 ribu per kg. Jika dibandingkan dengan pekan lalu, maka ada kenaikan Rp 2.000 per kg dari Rp 122.000 per kg.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lutfi mengatakan masalah tingginya harga daging sapi di Indonesia karena banyaknya daging yang berada dari Australia. Dia mencatat, sekitar 52% total ekspor Australia adalah sapi.
"Hari ini Australia mengalami gangguan ekspor untuk sapi, karena terjadi kebakaran dahsyat tahun 2019 yang menyebabkan runtuhnya struktur persapian Australia," kata Lutfi dalam video conference, Jumat (16/4/2011).
Kebakaran membuat harga daging hidup baik, dari yang awal diperkirakan US$ 2,8 menjadi US$ 4,8 atau setara dengan Rp 51 ribu. Harga tersebut belum termasuk biaya penggemukan, pemotongan hingga karkas. Menurut Lutfi, harga menjadi karkas sudah mendekati Rp 100 ribu.
"Nah karena mendekati 100 ribu dengan value chain dari perdagangan, hari ini harga sapi itu sebenarnya mestinya lebih tinggi dari yang kita lihat di pasar. Karena harganya yang terkendali saya melihat dua sebab akibat yang terjadi," katanya.
Dua sebab akibat yang dimaksud, kata Lufti, pertama adalah kurangnya pasokan sapi dari Australia ditutup oleh sapi lokal. Kedua, rendahnya permintaan daging sapi di sektor Horeka (Hotel, Restoran, Kafe) membuat harganya meningkat dan itu merupakan hal yang wajar.
"Jadi saya melihat harga (daging) sapi hari ini yang Rp 124 ribu per kilo, normal dan baik," kata Lutfi.