Melihat kecukupan pasokan tersebut, kuota tambahan impor gula rafinasi agaknya tak perlu dilakukan. Pemerintah cukup menjalankan alokasi yang sudah ditetapkan di awal tahun saja.
Ketua DPD APTRI Kebon Agung, Malang, Dwi Irianto mengatakan, bila kuota impor gula rafinasi ditambah, ia justru khawatir itu malah merembes ke pasar konsumsi dan mengganggu industri gula berbasis tebu rakyat khususnya di Jawa Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Stok gula petani sisa giling 2020 masih ada 42 ribu ton. Yang jadi masalah saat ini adalah perembesan dengan modus adanya over sak/ penggantian karung gula rafinasi menjadi gula kristal putih," sebut dia.
Ini, ungkap Dwi, terjadi di sejumlah daerah di Jawa Tengah hingga Jawa Barat. Pelakunya sudah tertangkap.
"Saya sudah tanya ke sejumlah pengusaha IKM, nggak ada kelangkaan. Ini kan disuarakan oleh oknum bayaran, yang dipakai oleh pengusaha supaya dapat ijin impor. Kalau ijin keluar, ini mematikan kita lagi. Tahun ini saja saya belum giling. Gula saya tahun giling 2020 masih ada 42 ribu ton," bebernya.
Hal senada disampaikan Ketua Umum APTRI, Soemitro Samadikoen. Menurutnya, di Jawa Timur khususnya, tidak ada pabrik gula rafinasi. Yang ada justru pabrik gula berbasis tebu. Sehingga menurutnya, adalah hal yang aneh bila ada suara kelangkaan gula rafinasi datang dari pelaku usaha di Jawa Timur.
"Pengusaha itu harus lihat sekelilingnya itu kan banyak petani. Basis kita di Jawa Timur ini adalah basis gula untuk konsumsi dari tebu, kok minta jatah impor," tegasnya.
Menurut perhitungannya, produksi di Jawa Timur berkisar antara 1-1,1 juta ton. Dengan adanya tambahan dari impor maka produksi di Jawa Timur menjadi 1,3 juta ton GKP. Sementara, peruntukan konsumsi gula di Jawa Timur kurang lebih hanya 450 ribu ton.
"Tolong yang minta izin impor itu tolong buktikan bahwa itu murni kebutuhan mamin. Kalau diperlukan kami para petani siap untuk ketemu dengan pihak minta impor untuk industri mamin, tunjukan industri mana yang mengalami kekuarangan. Bila perlu diaudit, kebutuhannya berapa? Produksinya berapa?" tandas dia.
(fdl/fdl)