Bos Google dan Microsoft Sedih Kampung Halaman Alami Tsunami Corona

Bos Google dan Microsoft Sedih Kampung Halaman Alami Tsunami Corona

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 27 Apr 2021 10:24 WIB
Virus Corona di India terus mengganas. Pemerintah India pada Kamis (22/4) ini melaporkan lebih dari 300.000 kasus infeksi virus Corona selama 24 jam terakhir.
Foto: AP Photo
Jakarta -

Bos Google, Sundar Pichai dan Microsoft, Satya Nadella mengumumkan akan mengucurkan bantuan ke India untuk memerangi tingginya kasus COVID-19 di negara kelahiran mereka. Rencana itu mereka umumkan melalui akun Twitter pribadi mereka.

Dua CEO perusahaan teknologi yang berdarah India berjanji akan membantu mengatasi kekurangan oksigen medis yang kritis, memberikan keahlian teknis dan menggunakan sumber daya perusahaan. Mengingat kini India terus mencetak rekor dunia kasus baru harian.

"Saya sedih dengan situasi saat ini di India," tulis Nadella di Twitter, dikutip dari CNN, Selasa (27/4/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya bersyukur pemerintah AS bergerak untuk membantu. Microsoft akan terus menggunakan suara, sumber daya, dan teknologinya untuk membantu upaya bantuan, dan mendukung pembelian perangkat konsentrasi oksigen kritis," tambahnya.

Sementara bos Google, Pichai mengungkap dirinya terpukul melihat krisis COVID-19 yang memburuk di negara kelahirannya itu. Dia pun mengumumkan akan menyumbangkan dana senilai 1,35 miliar rupee atau US$ 18 juta.

ADVERTISEMENT

"Hancur melihat krisis Covid yang memburuk di India. Google & Karyawan Google menyediakan dana Rs 135 Crore untuk @GiveIndia, @UNICEF untuk persediaan medis, organisasi yang mendukung komunitas berisiko tinggi, dan hibah untuk membantu menyebarkan informasi penting," tulis Pichai di Twitter.

Rencana itu juga dituliskan Google di blog perusahaan. Google menuliskan dana yang akan digelontorkan akan dihibahkan ke UNICEF untuk pasokan medis yang mendesak, termasuk oksigen dan peralatan pengujian.

Give India, platform donasi online asal India akan menerima hibah untuk keluarga yang terkena krisis. Google juga menyumbang U$ 15 juta dalam iklan gratis untuk kampanye informasi kesehatan masyarakat.

Nadella dan Pichai adalah dua eksekutif global paling sukses di India. Nadella, yang berasal dari selatan kota Hyderabad, India telah bekerja di Microsoft sejak 1992 dan menjadi CEO pada tahun 2014.

Sementara Pichai lahir di Tamil Nadu, India. Dia terkenal tidak memiliki komputer hingga akhirnya pindah ke AS untuk belajar di Universitas Stanford. Dia bergabung dengan Google pada 2004. Pichai diangkat sebagai CEO Google pada 2015, dan mengambil alih jabatan di perusahaan induk Google, Alphabet pada 2019.

Lanjut membaca di halaman berikutnya

Simak video 'Corona Menggila, India Instruksikan Warga Pakai Masker di Rumah':

[Gambas:Video 20detik]



Komitmen para bos perusahaan teknologi ini datang saat gelombang kedua kasus COVID-19 di India, yang dimulai pada pertengahan Maret. Banyak rumah sakit kekurangan pasokan, termasuk tempat tidur unit perawatan intensif, obat-obatan, oksigen, dan ventilator. Bahkan, mayat menumpuk di kamar mayat dan krematorium.

Pimpinan Google untuk India, Sanjay Gupta juga terus berupaya meningkatkan cara orang menemukan informasi tentang di mana mendapatkan pengujian dan vaksin di seluruh platform perusahaan, termasuk mesin pencari, Google Maps dan YouTube.

"Saat ini India sedang melalui momen tersulit kami dalam pandemi sejauh ini. Kami bertanya pada diri sendiri apa lagi yang bisa kami lakukan sebagai perusahaan untuk memastikan orang mendapatkan informasi dan dukungan yang mereka butuhkan untuk menjaga keluarga dan komunitas mereka sehat dan aman," tulis Sanjay Gupta, dalam posting blog perusahaan.

Kemarin, India melaporkan 352.991 kasus baru virus Corona sehingga totalnya menjadi lebih dari 17,3 juta kasus, menurut penghitungan CNN dari angka dari Kementerian Kesehatan India. Ini adalah kasus terbanyak yang tercatat dalam satu hari di dunia.

Korban tewas di negara itu juga terus meningkat, dengan 2.812 kematian yang baru dilaporkan. Kini jumlah total kematian mencapai lebih dari 195.000.


Hide Ads