Indonesia masih berada di jurang resesi ekonomi. Ekonomi Indonesia masih mengalami kontraksi sejak kuartal II-2020 sampai kuartal I-2021. Pada kuartal I-2021 ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia kontraksi 0,74%.
Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, perekonomian Indonesia memang masih terkontraksi cukup dalam, namun sudah menunjukkan pemulihan secara perlahan.
Namun, menurutnya angka tersebut meleset dari target pemerintah. Pasalnya, pada awal Februari 2021 lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memprediksi ekonomi kuartal I-2021 bisa tumbuh positif 1,6-2,1%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya lihat mulai ada pemulihan walaupun belum relatif normal. Tapi dengan angka tersebut, mulai ada pemulihan. Tapi saya kira ini di luar target pemerintah. Karena Pak Menko kan target di kuartal ini sudah positif, tapi kita masih negatif. Artinya perekonomian kita masih terkontraksi cukup dalam," kata Tauhid kepada detikcom, Rabu (5/5/2021).
Meski begitu, ia meyakini ekonomi Indonesia bisa tumbuh positif alias keluar dari jurang resesi pada kuartal II-2021. Pasalnya, produk domestik bruto (PDB) di kuartal I-2021 sudah jauh lebih tinggi dibandingkan pada awal pandemi COVID-19 melanda Indonesia, yakni pada kuartal II-2020 lalu.
"Pertama PDB kita pada kuartal II-2020 pada saat COVID-19 itu sekitar Rp 2.589,82 triliun, itu atas dasar harga konstan. Sementara di kuartal I-2021 saja sudah Rp 2.683 triliun. Jadi sudah naik tanpa harus melakukan apapun," terang Tauhid.
Senada dengan Tauhid, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal juga meyakini ekonomi Indonesia akan keluar dari jurang resesi di kuartal berikutnya.
"Sebetulnya arahnya semakin baik, dan semakin baik. Sehingga nanti di kuartal II-2021 kita prediksi sudah bisa positif," tutur Faisal kepada detikcom.
CORE sendiri memproyeksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh 4% di kuartal II-2021. Adapun faktor utama dari pemulihan tersebut ialah konsumsi rumah tangga yang mulai membaik secara perlahan-lahan.
"Konsumsi jika dibandingkan kuartal II-2020 tahun lalu, kan dulu PSBB, nah kondisinya saya rasa sudah lebih bagus. Dari tingkat penjualan barang-barang, orang yang berusaha, konsumsi masyarakat juga, apalagi ada beberapa stimulus yang diberikan. Termasuk properti, konsumsi mobil dari insentif PPnBM bisa dilihat tingkat penjualannya sudah naik 11% di bulan Maret. Nah diperkirakan April naik tinggi juga. Jadi itu lebih baik, konsumsi masyarakat sudah lebih baik. Investasi juga lebih bagus, dua itu paling besar yang berpengaruh," tandas Faisal.
(vdl/zlf)