Merkel Ingin AS-Uni Eropa Teken Perjanjian Dagang Baru

Merkel Ingin AS-Uni Eropa Teken Perjanjian Dagang Baru

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 05 Mei 2021 22:20 WIB
Angela Merkel Akui Corona Sebagai Tantangan Terbesar Setelah PD II
Foto: DW (News): Kanselir Jerman Angela Merkel
Jakarta -

Kanselir Jerman Angela Merkel menyambut kembalinya Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden untuk bermitra dagang dengan Uni Eropa.

"Kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan Uni Eropa akan sangat masuk akal," kata Angela dikutip dari Reuters, Rabu (5/5/2021).

Antusiasme Jerman untuk kesepakatan perdagangan dan hubungan transatlantik yang lebih kuat kemungkinan harus bersaing dengan pendekatan yang lebih berhati-hati di Prancis, di mana Presiden Emmanuel Macron telah memprioritaskan untuk mengurangi ketergantungan Eropa pada negara adidaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara Jerman tidak tertarik pada dunia yang terbagi menjadi beberapa kubu seperti saat Perang Dingin.

"Saya selalu mendukung perjanjian perdagangan antara Amerika Serikat dan Uni Eropa," kata Angela Merkel dalam konferensi Berlin tentang masa depan hubungan transatlantik.

ADVERTISEMENT

"Kami memiliki perjanjian perdagangan dengan begitu banyak kawasan dunia. Akan sangat masuk akal untuk mengembangkan perjanjian perdagangan semacam itu di sini, serupa dengan apa yang telah kami lakukan dengan Kanada," tambah Merkel.

Koordinator kerja sama transatlantik Peter Beyer mengatakan pada Februari, Jerman dan pemerintahan baru AS harus memperkuat kesepakatan perdagangan untuk menghapus tarif industri dan mendorong reformasi WTO (World Trade Organization/Organisasi Perdagangan Dunia) untuk meningkatkan tekanan pada China.

Uni Eropa telah menempatkan reformasi WTO sebagai inti dari strategi perdagangannya selama dekade berikutnya, dengan mengatakan peraturan global tentang perdagangan harus lebih hijau dan lebih memperhitungkan subsidi negara.

Uni Eropa merasa dirugikan oleh perang perdagangan, Brexit dan apa yang dilihatnya sebagai persaingan tidak adil dari China, yang mereka anggap sebagai saingan sistemik dan mengambil tindakan yang lebih tegas untuk menegakkan aturan perdagangan global.

(aid/hns)

Hide Ads