Pupuk Berimbang, Upaya Kementan Dorong Produksi Pertanian RI

Pupuk Berimbang, Upaya Kementan Dorong Produksi Pertanian RI

Jihaan Khoirunnisaa - detikFinance
Selasa, 11 Mei 2021 20:51 WIB
Petani memanen padi di areal sawah desa Pabean udik, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (20/3/2021). Kementerian Pertanian meminta Perum Bulog untuk menyerap gabah petani secara maksimal di tengah masa panen raya periode Maret hingga April 2021 untuk menjaga stabilitas harga gabah di tingkat petani. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/hp.
Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Jakarta -

Dalam rangka meningkatkan produktivitas petani, Kementerian Pertanian (Kementan) RI berinovasi dengan menerapkan penggunaan pupuk berimbang spesifikasi lokal. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menjawab tantangan dalam penyediaan pangan serta mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.

"Kementan melalui Badan Litbang Pertanian menjawab tantangan dan permasalahan tersebut dengan melakukan inovasi teknologi untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Salah satunya dengan penerapan pupuk berimbang," ujar Kepala Balai Penelitian Tanah, Kementan, Ladiyani Retno Widowati dalam keterangan tertulis, Selasa (11/5/2021).

Hal ini dia sampaikan di Webinar Forwatan 2021 bertajuk "Peningkatan Produksi Pertanian dengan Pemupukan Berimbang".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut Ladiyani merinci sederet manfaat dari pemupukan berimbang, di antaranya meningkatkan produksi dan mutu hasil serta efesiensi pemupukan. Selain itu penerapan pupuk berimbang ini juga meningkatkan kesuburan tanah serta dapat menghindari pencemaran lingkungan.

"Penggunaan pupuk berimbang dilakukan dengan pemberian pupuk ke dalam tanah untuk mencapai status semua hara esensial seimbang dan optimum dalam tanah," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Diungkapkan Ladiyani, Kementan melalui Badan Litbang Pertanian juga telah mengeluarkan buku rekomendasi pemupukan spesifik lokasi hingga tingkat kecamatan, khususnya untuk tanaman padi, jagung dan kedelai. Tujuannya demi mempermudah petani dan kelompok tani dalam menyusun e-RDKK, mengingat tingginya tingkat keberagaman jenis tanah di Indonesia.

"Manfaat lainya adalah dapat menjadi acuan maupun referensi bagi pemerintah pusat dan daerah dalam menetapkan kebijakan pupuk bersubsidi," terangnya.

Selain itu, dia menyebut Kementan juga telah melakukan reformulasi komposisi pupuk NPK (15-10-12) yang berbeda guna meningkatkan produksi pertanian.

"Formulasi Pupuk NPK tersebut salah satunya memiliki keunggulan yaitu mempunyai komposisi kadar N, P dan K yang mendekati atau sesuai dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman," paparnya.

Sementara itu, Kepala Subdirektorat (Kasubdit) Pupuk Bersubsidi, Direktorat Pupuk dan Pestisida, Kementan, Yanti Ermawati menambahkan pengunaan pupuk bersubsidi juga harus tepat guna, tepat sasaran, waktu, lokasi dan jenisnya agar bisa mendorong produktivitas pertanian. Di samping itu, tepat jumlah juga tengah menjadi perhatian Kementan lewat Direktorat Pupuk dan Pestisida dalam merumuskan suatu kebijakan terkait pupuk bersubsidi.

"Hal ini tentu penting mengingkat keberagaman karakteristik tanah di Indonesia yang sangat tinggi, hampir 90 persen jenis tanah di dunia ada di Indonesia," tuturnya.

Saat ini, lanjutnya, terdapat 2 kegiatan rutin Kementan lewat Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dalam program penyediaan pupuk. Salah satunya pengembangan pupuk organik melalui kegiatan UPPO untuk menciptakan pertanian ramah lingkungan dan pemupukan berimbang.

"Selanjutnya adalah program pupuk bersubsidi dengan menerapkan rekomendasi dari Badan Litbang Pertanian untuk efisiensi biaya pemupukan dan peningkatan produktivitas tanaman," pungkasnya.

Di sisi lain, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementan, Kuntoro Boga Andri menyampaikan pemerintah melalui Kementan saat ini sedang bersinergi dengan stakeholder agar penggunaan pupuk bisa efektif, berimbang dan efisien. Dengan begitu dapat mendorong produksi pertanian secara maksimal sehingga meningkatkan kesejahteraan petani.

"Bagaimana kita memanfaatkan sumber daya yang ada disekitar kita baik kimia maupun non kimia, dan perlu mempertimbangkan potensi pupuk kita yang ada di alam," tandasnya.

(ega/hns)

Hide Ads