Jakarta -
Di era digitalisasi ini masyarakat mulai terbiasa bertransaksi atau belanja menggunakan aplikasi. Mulai dari sayur, pakaian, tiket pesawat sampai memesan kamar hotel melalui aplikasi.
Tapi di balik kemudahan ini ada risiko yang mengintai. Misalnya seperti kebocoran data pengguna yang kerap kali terjadi. Pengamat IT sekaligus Chief Digital Forensic Indonesia, Ruby Alamsyah, mengungkapkan kebocoran data ini terjadi karena dua kemungkinan, dari pihak peladen dan pengguna.
Inisiatif mengamankan akun semestinya datang dari dua pihak. Selain pihak aplikasi, pengguna berkewajiban mengamankan data dan akunnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini seperti Anda punya rumah mewah. Anda mengamankannya dengan kamera pengawas canggih dan gembok berlapis. Namun lupa mengamankan pintu belakang, ya sama saja rumah Anda tetap bisa dibobol, kan?" kata Ruby dalam keterangan tertulis, Rabu (12/5/2021).
Menurut dia ada beberapa cara yang harus dilakukan demi keamanan akun dan data pengguna. Pertama, pelajari aplikasi yang Anda unduh menerapkan autentikasi jenis apa? Hanya pakai nama pengguna dan kata sandi atau dibekali sistem pengamanan tambahan yang membuat akun, sandi, hingga nomor ponsel tersimpan dengan aman?
Kedua, gunakan kata sandi yang tidak mudah dilacak dan ubah secara berkala tapi jangan terlalu sering untuk menghindari lupa. Ketiga, jangan gunakan kata sandi yang sama untuk beragam akun aplikasi dan surel. Karena jika satu dibobol, maka akun Anda yang lain bisa disusupi.
"Keempat, perbarui sistem operasi aplikasi gadget dan PC Anda secara berkala termasuk antivirus untuk meningkatkan sistem keamanan dan terakhir, jangan mengunduh aplikasi tidak resmi dan tak jelas manfaatnya. Apalagi mengunduh dari 'toko' tidak resmi. Sejauh ini, unduhan resmi bisa diakses di Play Store dan IOS," jelas dia.
Langsung klik halaman berikutnya.
Ruby menjelaskan sebelumnya ada pemberitaan terkait kebocoran data pengguna aplikasi beberapa kali menghebohkan masyarakat Tanah Air. Terbaru terjadi pada April 2021, ketika sebuah akun Twitter membuat utas di lini masa dan mengunggah bukti transaksi sewa hotel di Traveloka. Ini terkait dengan penangkapan eks petinggi FPI, Munarman, oleh aparat beberapa hari sebelumnya.
Unggahan foto bukti transaksi ini ditanggapi beragam oleh warganet. Tak sedikit yang bertanya, kok bisa data transaksi yang seharusnya terlindungi bocor dan bebas bertebaran di medsos? Siapa yang membocorkan? Masih amankah bertransaksi tiket pesawat, sewa hotel, dan sejenisnya lewat aplikasi termasuk Traveloka?
Merespons tanda tanya warganet, Ruby menerangkan bahwa sejumlah voucer hotel yang ditampilkan dalam satu foto adalah hasil editan. Di sana tercantum nama aplikasi dan identitas pemesan yang kemudian direlasikan dengan sosok tertentu. Ada dua pihak yang patut dibahas terkait bocornya data konsumen. Pertama, peladen aplikasi. Kedua, pengguna yang usai bertransaksi menerima konfirmasi pemesanan lewat email atau surel.
Dia menyebutkan bisa dilihat karakteristik dari dua sumber legal tersebut, dari mana asal kebocorannya. Kalau sumber kebocoran dari platform aplikasi, masa cuma satu-dua kasus yang muncul? Berkaca pada sejumlah kasus, kebocoran data pribadi konsumen yang terjadi akibat kelalaian pihak aplikasi biasanya bersifat massal atau sangat banyak.
Ia yakin kebocoran data pengguna bukan dari Traveloka. "(Karena) dalam kasus Traveloka tempo hari, nyaris tidak ada keluhan dari mayoritas masyarakat tentang hal yang sama," tambahnya.
Patut diduga kebocoran dari sisi pengguna di mana ada oknum yang mengakses surel konsumen lewat ponsel atau gadget lain. Dari sini terbit setidaknya tiga asumsi. "Pertama, ada orang yang berhasil mengakses surel pengguna. Kedua, ada orang atau pihak luar yang mengakses akun aplikasi korban. Ketiga, tidak menutup kemungkinan pengguna meneruskan pesan secara tidak atau kurang proper kepada pihak lain sehingga, terjadi kebocoran data yang tak disengaja," jelas dia.
Sebelumnya Head of Corporate Communications Traveloka, Reza Amirul Juniarshah, mengklarifikasi bahwa pihaknya melakukan investigasi internal terkait dugaan kebocoran data pengguna. Kesimpulannya, Traveloka tak ada sangkut paut dengan beredarnya bukti pemesanan terkait salah satu konsumen, dalam hal ini Munarman.
"Traveloka berkomitmen melindungi data pribadi konsumen. Kami menerapkan sistem keamanan ketat sekaligus berlapis, termasuk prosedur fisik, teknis, maupun organisasi untuk mencegah akses, pengumpulan, penggunaan, pengungkapan, penyalinan, modifikasi, pembuangan, atau risiko serupa lain yang dapat merugikan konsumen,'' terang Reza.