China Perketat Pengawasan, Tencent Malah Mau Investasi Gede-gedean

China Perketat Pengawasan, Tencent Malah Mau Investasi Gede-gedean

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 24 Mei 2021 10:59 WIB
Senior Director of Business Development at Tencent International Business Group Benny Ho
Foto: Senior Director of Business Development at Tencent International Business Group Benny Ho (Dana Aditiasari)
Jakarta -

Raksasa game dan media sosial Tencent berencana mendatangkan uang lebih banyak dan investasi besaran-besaran dalam game dan video. Hal itu dilakukan bahkan saat China berencana memperluas pengawasannya terhadap sektor teknologi.

Dikutip dari CNN, Senin (24/5/2021), Tencent menyatakan, pendapatannya melonjak 25% menjadi 135,3 miliar yuan atau sekitar US$ 21 miliar atau sekitar Rp 300,3 triliun (asumsi kurs Rp 14.300) pada kuartal I dibanding periode yang sama tahun lalu.

Laba melonjak 65% menjadi 47,8 miliar yuan atau US$ 7,4 miliar (Rp 105,82 triliun). Raihan ini lebih baik dari yang diproyeksikan analis. Peningkatan kinerja ini didorong oleh suku bunga yang lebih rendah dan pertumbuhan bisnis game yang sedang booming.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perusahaan juga mengumumkan akan meningkatkan investasinya dalam peluang baru, seperti pengembangan game dan konten video pendek.

Hal itu kemungkinan akan berdampak pada sejumlah investor. Demikian disampaikan Hao Hong, kepala penelitian di BOCOM International, cabang sekuritas China Bank of Communication. Saham Tencent pun tergelincir sebanyak 4% di Hong Kong pada hari Jumat.

ADVERTISEMENT

"Orang-orang pada dasarnya mencari alasan untuk mencairkan saham mereka di perusahaan," kata Hong.

"Selalu ada risiko yang terkait dengan investasi baru, jadi beberapa orang mungkin ingin mengambil uang dari meja," katanya.

Investor kemungkinan juga khawatir bahwa perusahaan dapat menghadapi pengawasan ketat seperti yang telah melanda beberapa pemain besar, termasuk Alibaba.

Saham Tencent naik 4% dari awal tahun ini, tetapi telah jatuh sekitar 23% dari puncaknya pada akhir Januari karena pemerintah China telah meningkatkan tindakan kerasnya.

(acd/eds)

Hide Ads