Jangan Kendor Dulu! Sri Mulyani Waspadai Varian Baru COVID-19

Jangan Kendor Dulu! Sri Mulyani Waspadai Varian Baru COVID-19

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 25 Mei 2021 09:14 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melantik pejabat eselon II
Foto: Dok. Kementerian Keuangan
Jakarta -

Varian baru COVID-19 membayangi sejumlah negara termasuk Indonesia. Hal ini harus diwaspadai sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan gelombang COVID-19 dan varian baru akan mempengaruhi perkiraan ekonomi sejumlah negara. Muncul pertanyaan terkait ancaman varian baru virus tersebut dan efetivitas vaksin.

"Kita masih melihat risiko yang perlu diwaspadai, pertama gelombang COVID seperti kita sampaikan kemarin, ini terjadi bulan April, sehingga pasti mempengaruhi outlook dari berbagai negara di kuartal II," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (25/5/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Munculnya varian baru dan tentu memunculkan pertanyaan varian baru ini akan mengancam, dan tentu akan dipertanyakan bagaimana efektivitas vaksin dengan munculnya varian baru," lanjutnya.

Sri Mulyani mengatakan banyak negara yang belum mendapatkan vaksin COVID-19 terutama negara-negara miskin. Sejumlah negara berebut mengamankan pasokannya masing-masing.

ADVERTISEMENT

"Kecepatan vaksinasi dan akses vaksin tidak merata, banyak negara yang belum mendapatkan terutama negara-negara miskin," katanya.

Pemulihan ekonomi juga belum mereata dan masih negatif. Kemudian tingkat inflasi Amerika Serikat (AS) yang merangkak menimbulkan kekhawatiran di sektor keuangan.

"Inflasi AS tadi saya sebutkan 4,2% itu suatu angka yang tinggi menimbulkan kewaspadaan di sektor keuangan. Kita harus menjaga momentum di saat sama tetap waspada risiko yang begitu sangat dinamis," ujarnya.

Selanjutnya yield AS mulai mereda karena tingkat inflasi yang naik. Aliran modal masuk ke negara berkembang mulai bergeliat dan gejolak mereda.

"Tekanan yield yang terjadi di AS akibat inflasi yang melonjak tinggi itu mulai mreda pada April. Inflow dari capital ke negara-negara emerging terjadi lagi di kuartal II dan volatilitas menunjukkan pemulihan, volatilitas menurun dan stabiltias terjadi," lanjutnya.

Sri Mulyani mengatakan perkembangan yield US Treasury 10 tahun terjadi lonjakan yang cukup dramatis, tadinya pada Januari 1,06% untuk 10 tahun, maka pada bulan Maret sudah melonjak 1,6% atau di bulan april 1,62%.

"Ini suatu kenaikan lebih 60% hanya kurang dari dua bulan ini akibat tadi tekanan inflasi yang tinggi," katanya.

(acd/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads