Bos Garuda Buka-bukaan soal Tawaran Pensiun Dini Pegawai sampai Isu PHK

Bos Garuda Buka-bukaan soal Tawaran Pensiun Dini Pegawai sampai Isu PHK

Soraya Novika - detikFinance
Minggu, 30 Mei 2021 07:08 WIB
Garuda Indonesia
Foto: Garuda Indonesia
Jakarta -

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra buka-bukaan seputar tawaran pensiun dini ke karyawan sampai isu pemutusan hubungan kerja (PHK). Ia memastikan tidak ada PHK meski keuangan perseroan sedang berdarah-darah.

Melainkan, sebatas ditawarkan program pensiun yang dipercepat bagi karyawan Garuda Indonesia yang memenuhi kriteria dan persyaratan keikutsertaan program tersebut.

"Kita nggak PHK. kita tawarkan pensiun dipercepat sukarela. Soal implikasi PHK kita memahami sangat dan ini solusi terbaik" ujar Irfan kepada detikcom, Sabtu (29/5/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penegasan ini ia lontarkan sebagai respons terhadap imbauan Kementerian Ketenagakerjaan yang meminta maskapai pelat merah itu dan Sriwijaya Air meminimalkan PHK karyawan.

"Kami mendorong agar dua maskapai tersebut berupaya semaksimal mungkin menghindari terjadinya PHK. Bangun dialog bipartit untuk mencari solusi terbaik bagi kedua belah pihak," kata Sekretaris Jenderal Kemnaker, Anwar Sanusi, Jakarta, Jumat (28/5/2021).

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, Irfan telah menjelaskan penawaran pensiun dini ini dilakukan sejalan dengan upaya pemulihan kinerja usaha yang tengah dijalankan Perusahaan guna menjadikan Garuda Indonesia perusahaan yang lebih sehat serta adaptif menjawab tantangan kinerja usaha di era kenormalan baru.

"Ini merupakan langkah berat yang harus ditempuh Perusahaan. Namun opsi ini harus kami ambil untuk bertahan di tengah ketidakpastian situasi pemulihan kinerja industri penerbangan yang belum menunjukan titik terangnya di masa pandemi COVID-19 ini," ujar Irfan dalam keterangan tertulisnya, Jumat (21/5/2021).

Situasi pandemi yang masih terus berlangsung hingga saat ini, kata Irfan, mengharuskan perusahaan melakukan langkah penyesuaian aspek supply & demand ditengah penurunan kinerja operasi imbas penurunan trafik penerbangan yang terjadi secara signifikan.

Demand yang rendah tentu berpengaruh pada keuangan perusahaan. Selain itu, Garuda juga dilaporkan memiliki utang sekitar Rp 70 triliun, utang itu disebut akan meningkat sekitar Rp 1 triliun setiap bulannya karena Garuda terus menunda pembayaran.

Saking banyaknya utang tersebut, Garuda Indonesia disebut berada dalam posisi keuangan terburuk selama satu dekade. Memiliki arus kas negatif dan ekuitas minus Rp 41 triliun rupiah, Dengan kondisi itu, apabila Garuda gagal melakukan program restrukturisasi, bisa membuat maskapai dihentikan secara tiba-tiba.

Namun, Irfan enggan berkomentar banyak saat dikonfirmasi detikcom mengenai laporan ini. Dia hanya mengatakan saat ini pihaknya sedang fokus mengurus program pensiun dini yang baru saja ditawarkan kepada karyawannya.

Sebelumnya juga sempat muncul di media sosial skema penyelamatan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Setidaknya ada 4 skema untuk menyelamatkan Garuda. Apa saja? baca di halaman selanjutnya

Simak Video: Soal Isu Pensiun Dini Karyawan Garuda, Ini Kata Menparekraf Sandiaga

[Gambas:Video 20detik]



1. Garuda Disuntik Modal

Seperti dilihat detikcom, Kamis (27/5/2021), opsi pertama, terus mendukung Garuda. Adapun penjelasannya, pemerintah akan terus mendukung Garuda melalui pemberian pinjaman atau suntikan ekuitas alias modal. Hal ini sebagaimana terjadi pada Singapore Airlines. Opsi ini juga meninggalkan catatan.

"Berpotensi meninggalkan Garuda dengan utang warisan yang besar yang akan membuat situasi yang menantang di masa depan," bunyi catatan tersebut.

2. Garuda Dicegah Bangkrut

Opsi kedua ialah menggunakan hukum perlindungan kebangkrutan untuk merestrukturisasi Garuda. Adapun penjelasannya, menggunakan legal bankcruptcy process untuk merestrukturisasi utang, sewa, kontrak kerja.

3. Pendirian Maskapai Baru

Opsi ketiga yakni merestrukturisasi Garuda dan mendirikan perusahaan maskapai nasional baru.

"Garuda dibiarkan melakukan restukturisasi. Di saat bersamaan, mulai mendirikan perusahaan maskapai penerbangan domestik baru yang akan mengambil alih sebagian besar rute domestik Garuda, dan menjadi national carrier di pasar domestik," bunyi penjelasan opsi ketiga.

Langkah ini sebagaimana terjadi pada Sabena dan Swissair. Dalam catatan opsi dijelaskan, untuk dieksplorasi lebih lanjut sebagai opsi tambahan agar Indonesia tetap memiliki national flag carrier. Estimasi modal yang dibutuhkan US$ 1,2 miliar.

4. Garuda Dilikuidasi

Opsi terakhir adalah Garuda dilikuidasi dan sektor swasta dibiarkan untuk mengisi kekosongan. Penjelasan dari opsi ini ialah, Garuda dilikuidasi. Kemudian, mendorong swasta untuk meningkatkan layanan udara misalnya dengan pajak bandara atau subsidi rute yang lebih rendah.

"Indonesia tidak lagi memiliki national flag carrier," bunyi catatan opsi keempat.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga tidak membenarkan dan tidak membantah saat dikonfirmasi mengenai kebenaran opsi penyelamatan Garuda yang beredar di media sosial tersebut. Dia hanya mengatakan, terpenting saat ini ialah Garuda masuk ke restrukturisasi.

"Nanti saja opsi-opsi tersebut, yang penting saat ini kita masuk ke restrukturisasi," katanya kepada detikcom.

Sementara, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra tak banyak berkomentar mengenai opsi ini. Dia hanya meminta untuk dicek di Kementerian BUMN.

"Cek kementerian," katanya singkat.

Namun, saat ditanya lagi apakah perusahaan telah diajak membahas opsi tersebut, ia mengiyakan. Namun, dia bilang, belum ada keputusan.

"Udah (dibahas)," tambahnya.


Hide Ads