Coca-Cola sedang jadi perbincangan setelah Cristiano Ronaldo menggeser dua botol minuman bersoda itu dan menggantinya dengan botol air mineral. Momen tersebut terjadi dalam konferensi pers perhelatan Euro 2020.
Siapa yang tidak kenal dengan Coca-Cola? Merek minuman itu berasal dari Amerika Serikat (AS) dan telah mendunia. Dikutip dari situs resminya, Rabu (16/6/2021), pertama kali diperkenalkan pada 8 Mei 1886 oleh John Styth Pemberton.
Pemberton merupakan seorang ahli farmasi dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat (AS). Penemuan Coca-Cola terjadi saat dia ingin membuat obat penghilang rasa sakit pengganti morfin yang membuatnya kecanduan.
Suami dari Ann Eliza Clifford itu menderita luka parah akibat perang sipil AS yang membuatnya mengonsumsi morfin hingga kecanduan. Pemberton melakukan banyak uji coba dengan menggunakan kombinasi berbagai bahan, salah satunya mengkombinasikan tanaman coca dengan biji kola.
Pemberton kemudian mengemas sirup hasil uji cobanya itu dan ditawarkan ke sejumlah toko obat sebagai sampel. Orang-orang setuju, bahwa bahan campuran itu memang sangat menarik.
Tak puas dengan hasil kombinasi itu, Pemberton lantas menambahkan campuran dengan air berkarbonasi. Dalam hal ini dia bekerjasama dengan Willis E Venable, seorang pemilik toko obat.
Seiring dengan perkembangannya, seorang pemasar iklan bernama Frank Mason Robinson muncul menawarkan pemasaran produk yang lebih masif. Dari situlah muncul perusahaan bernama Coca-Cola, yang merupakan gabungan nama dua bahan dasarnya.
Seiring dengan kesuksesannya bersama Coca-Cola, Pemberton ternyata tak benar-benar bisa lepas dari morfin. Kecanduannya justru makin menjadi-jadi hingga ia nyaris bangkrut karena mahalnya biaya untuk membeli morfin tersebut.
Dilansir dari My Allred Family, demi memenuhi kebutuhan keluarga, Pemberton menjual hak atas formula dan bagian dari perusahaannya. Dia masih percaya bahwa minuman ciptaannya itu akan menjadi besar di masa depan sehingga ingin mempertahankan hak kepemilikan.
Pemberton ingin memberikan perusahaan itu kepada Charley Pemberton. Sayangnya putranya itu lebih tertarik mendapatkan uang dengan cepat sehingga dia menjual apa yang tersisa ke taipan bisnis Asa Griggs Candler.
Pada bulan Agustus 1888, Pemberton yang telah sakit selama beberapa tahun itu akhirnya meninggal karena kanker perut. Pada saat kematiannya, dia sudah jatuh miskin dan masih kecanduan morfin.
Menurut Mark Pendergrast, yang menulis buku For God, Country, and Coca-Cola: The Definitive History of the Great American Soft Drink dan Perusahaan yang Membuatnya, Charley Pemberton juga ternyata menderita penyalahgunaan zat adiktif.
Di tangan Candler, Coca-Cola semakin berjaya karena menggunakan taktik pemasaran paling inovatif yang pernah dilakukan. Dia menyewa salesman keliling untuk membagikan kupon Coca-Cola gratis.
Tujuannya adalah agar orang-orang mencoba minuman, menyukainya, dan kemudian membelinya. Selain kupon, Candler juga memutuskan untuk memasarkan Coca-Cola dengan menempelkan logo pada kalender, poster, buku catatan, dan bookmark untuk menjangkau pelanggan.
Candler melakukan langkah kontroversial ketika dirinya menjual sirup Coca-Cola sebagai obat paten, mengklaim bahwa sirup itu bisa mengobati kelelahan dan sakit kepala.
Pada tahun 1898, Kongres mengeluarkan pajak pascaperang Spanyol-Amerika yang dibebankan untuk semua produk obat. Hal itu membuat ia tidak lagi menjual Coca-Cola sebagai obat, tetapi hanya sebagai minuman.
Momen itu menjadi akhir dari polemik kandungan kokain yang awalnya terdapat dalam Coca-Cola. Tahun 1929 perusahaan mengklaim telah membuang seluruh kandungan yang berkaitan dengan kokain.
Berdasarkan studi "Merek Global Terbaik" Interbrand tahun 2015, Coca-Cola adalah merek paling berharga ketiga di dunia, setelah Apple dan Google. Minuman bersoda itu sempat berada di peringkat No. 87 dalam daftar Fortune 500 2018 dari perusahaan AS terbesar berdasarkan total pendapatan.
Simak Video "HP Kolaborasi Realme dan Coca-Cola Akan Meluncur di Indonesia "
(aid/das)