Barang dari China terancam langka, khususnya di Amerika Serikat (AS). Hal itu disebabkan lumpuhnya sejumlah pelabuhan di Negeri Tirai Bambu sehingga arus perdagangan internasional mandek.
detikcom merangkum beberapa fakta terkait kondisi tersebut. Berikut informasi selengkapnya:
1. Pelabuhan Lumpuh Diserang COVID-19
Wabah virus Corona (COVID-19) di China selatan membuat kegiatan di pelabuhan penting untuk perdagangan global lumpuh. Kondisi itu menyebabkan backlog pengiriman barang yang bisa memakan waktu berbulan-bulan untuk diselesaikan dan menyebabkan kekurangan pasokan selama musim belanja liburan akhir tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kekacauan mulai terjadi bulan lalu ketika pihak berwenang di provinsi Guangdong di China selatan, rumah bagi beberapa pelabuhan peti kemas tersibuk di dunia membatalkan penerbangan, mengunci komunitas dan menangguhkan perdagangan di sepanjang garis pantainya untuk mengendalikan lonjakan kasus COVID-19 yang begitu cepat. Demikian dilansir CNN, Senin (21/6/2021).
Salah satu pelabuhan yang lumpuh adalah Yantian. Pelabuhan ini menangani barang-barang yang akan mengisi 36.000 kontainer berukuran 20 kaki setiap hari, namun terpaksa ditutup selama hampir seminggu pada akhir bulan lalu setelah infeksi ditemukan di antara pekerja dermaga.
Meski pelabuhan telah dibuka kembali tapi masih beroperasi di bawah kapasitas. Hal itu menciptakan tumpukan besar kontainer yang menunggu untuk berangkat dan kapal yang menunggu untuk berlabuh.
Kemacetan di Yantian telah meluas ke pelabuhan peti kemas lain di Guangdong, termasuk Shekou, Chiwan, dan Nansha. Semuanya berlokasi di Shenzhen atau Guangzhou, pelabuhan peti kemas komprehensif terbesar keempat dan kelima di dunia. Efek domino tersebut menciptakan masalah besar bagi industri perkapalan dunia.
Terhalangnya operasi di Yantian saja sudah mengkhawatirkan. Menurut perkiraan terbaru oleh CEO konsultan Denmark Vespucci Maritime, Lars Jensen pelabuhan tersebut tidak dapat menangani sekitar 357.000 muatan peti kemas sepanjang 20 kaki sejak akhir Mei. Jumlah itu lebih besar dari total volume pengiriman yang terkena dampak penutupan enam hari Terusan Suez pada bulan Maret.
Operasi pelabuhan Yantian telah pulih hingga sekitar 70% dari tingkat normal. Tapi itu diperkirakan tidak akan kembali ke kapasitas penuh sampai akhir Juni.