Jurus Pelindo II Cegah Suap hingga Pungli di Pelabuhan

Jurus Pelindo II Cegah Suap hingga Pungli di Pelabuhan

Tim detikcom - detikFinance
Selasa, 29 Jun 2021 07:30 WIB
Suasana bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara, Minggu (23/11/2015) kemarin. PT Pelabuhan Indonesia II optimis meraih cashflow atau arus kas sebesar 246 juta dollar Amerika dari sewa JICT, Terminal Koja dan CT1 New Priok. Perbaikan demi perbaikan dari segala lini untuk mewujudkan Pelabuhan terbaik ditingkat dunia terus dibenahi oleh PT Pelindo meskipun sampai saat ini dwelling time di Priok masih tinggi. Dewan Pelabuhan Tanjung Priok (DPTP) masih kecewa dengan belum dilaksanakannya Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 117/2015 tentang Pemindahan Barang yang melewati waktu penumpukan di Pelabuhan Tanjung Priok untuk menekan masa inap barang (dwelling time). (Foto: Rachman H
Pelabuhan Tanjung Priok/Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

PT Pelindo II (Persero) atau Indonesia Port Corporation (IPC) memanfaatkan teknologi digital dalam layanan kepelabuhan. Hal ini juga dilakukan untuk mencegah praktik suap.

"IPC terus mengoptimalkan layanan terminal peti kemas melalui pemanfaatan teknologi dan digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi jasa kepelabuhan dan mencegah praktik suap-menyuap," ucap Direktur Utama Pelindo II Arif Suhartono, Selasa (29/6/2021).

Arif menyebut sejumlah program optimalisasi pelayanan operasional kepelabuhanan melalui digitalisasi. Pertama, Single Truck Identity.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Single Truck ID merupakan sistem berbasis elektronik yang terintegrasi dengan trucking company, asosiasi trucking, dan cabang pelabuhan dalam melakukan pendaftaran Truck ID yang berisi data identitas kendaraan seperti nomor polisi dan data perusahaan pemilik truk/perusahaan angkutannya," jelas Arif.

Dengan implementasi Single TID ini, identitas truk yang masuk ke semua terminal yang ada di lingkungan IPC akan berada dalam satu database, sehingga akan memudahkan dalam identifikasi, penataan, dan pengawasan truk ke depan.

ADVERTISEMENT

Kedua, penerapan centralized traffic management system. "Ini adalah sistem pengendalian lalu lintas yang mengawasi dan mengatur aktivitas keluar dan masuknya truk trailer di wilayah Pelabuhan," ujar Arif.

Dengan penerapan sistem ini, petugas akan dengan mudah mengawasi dan mengatur pergerakan truk melalui CCTV dan pengeras suara serta patroli secara berkala. Ketiga, penggunaan i-Hub.

"I-Hub adalah single platform untuk semua pelayanan berbasis digital," kata Arif.

I-Hub merupakan pengembangan dari layanan e-Service yang telah berjalan selama ini, dengan menambahkan fitur monitoring, track, and trace peti kemas dan sarana pengangkut secara real time yang langsung dapat dimonitor oleh pemilik barang, berbasis mobile app, dan web. Dengan implementasi i-Hub ini, dipastikan semua layanan customer ke depan berbasis digital.

Keempat, penerapan Single Terminal Operating System (Single TOS), untuk memudahkan perencanaan dan pengendalian operasi di semua terminal di IPC dalam satu aplikasi TOS.

Penerapan Single TOS ini sejalan dengan program pemerintah yang tertuang dalam Inpres Nomor. 5 tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional (NLE) di pelabuhan.

Arif berharap digitalisasi ini bukan cuma bertujuan meningkatkan pelayanan, melainkan juga dapat mengikis praktik suap-menyuap.

"Digitalisasi membuat pelayanan kepelabuhan menjadi lebih transparan, bukan cuma mengoptimalkan pelayanan, melainkan juga meminimalisasi peluang praktik suap-menyuap," pungkasnya.


Hide Ads